Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuvalu Ingin Pindahkan Negaranya ke Metaverse karena Terancam Tenggelam

Kompas.com - 19/11/2022, 08:02 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber Mashable

KOMPAS.com - Metaverse kini dipertimbangkan menjadi tempat alternatif sebagai tempat bernaung suatu negara. Setidaknya begitulah bagi Tuvalu, negara keempat dengan wilayah paling kecil di dunia.

Baru-baru ini, pemerintah Tuvalu mengungkapkan bahwa pihaknya ingin memindahkan negaranya ke dunia digital, yakni metaverse. Opsi ini dipertimbangkan mengingat sembilan pulau di Tuvalu berada di dataran rendah dan terancam tenggelam gara-gara pemanasan global (global warming).

Global warming disebut-sebut membuat Tuvalu dilanda air pasang dan banjir setiap awal tahun. Penduduk pun khawatir kenaikan air pasang itu akan semakin parah dari tahun ke tahun.

Di sisi lain, para ilmuwan memprediksi bahwa sembilan pulau yang ditempati penduduk Tuvalu bakal tidak dapat dihuni dalam 100 tahun ke depan atau bahkan lebih cepat. Hal inilah yang membuat pemerintah ingin memindahkan negaranya ke metaverse.

Meski belum ada definisi yang pasti, metaverse digambarkan sebagai dunia digital di mana setiap orang bisa berinteraksi, bekerja, bermain game, dan melakukan hal lainnya seperti di dunia nyata.

Di metaverse, setiap orang bakal direpresentasikan dalam bentuk avatar 3D yang unik. Semua hal itu bakal ditampilkan secara real-time berdasarkan data sensor yang menangkap objek 3D dunia nyata, gerakan, audio, dan banyak lagi. Data sensor itu terpasanng di beberapa perangkat, seperti headset Virtual Reality (VR) dan sarung tangan haptic.

"Ketika tanah kami menghilang, kami tidak punya pilihan selain menjadi negara digital pertama di dunia," kata Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe dalam pidatonya di KTT Iklim COP27, yang disampaikan dengan latar belakang pulau digital.

"Tanah kami, lautan kami, budaya kami adalah aset paling berharga milik orang-orang kami — dan untuk menjaga mereka tetap aman dari bahaya, apa pun yang terjadi di dunia fisik, kami akan memindahkan mereka ke awan (cloud)," imbuh Kofe.

Baca juga: Perempuan Ini Mengaku Diperkosa di Metaverse Bikinan Facebook

Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe berpidato di KTT Iklim COP27.YouTube/ Simon Kofe Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe berpidato di KTT Iklim COP27.
Menurut laporan outlet media Mashable, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Sabtu (19/11/2022), proyek proyek digitalisasi di metaverse akan dimulai dengan menciptakan kembali Teafualiku Islet, pulau terkecil di Tuvalu dan bagian pertama negara yang akan diprediksi tenggelam jika permukaan laut terus naik akibat pemanasan global.

"Sedikit demi sedikit kami akan melestarikan negara kami, memberikan penghiburan bagi rakyat kami, dan mengingatkan anak-anak dan cucu-cucu kami seperti apa rumah kami dulu," kata Kofe.

Saat memberikan pidato, Kofe juga mendesak agar masyarakat global mengambil aksi konkret untuk memerangi pemanasan global. Bila tidak, bakal ada wilayah-wilayah lain yang beralih ke metaverse.

Baca juga: Ketika Metaverse Jadi Tempat yang Berbahaya untuk Anak...

Mustahil negara pindah ke metaverse?

Ambisi Tuvalu untuk memindahkan negaranya ke digital bukan sesuatu yang mustahil, namun juga bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, sekelas Meta (induk Facebook, WhatsApp, Instagram) saja mengungkapkan bahwa mewujudkan metaverse tak semudah membalikkan telapak tangan.

Menurut Meta, setidaknya dibutuhkan waktu lima hingga sepuluh tahun atau satu dekade untuk benar-benar mewujudkan metaverse. Waktu tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan software dan hardware pendukung dunia virtual baru.

Bagi perusahaan semikonduktor raksasa Intel sendiri, teknologi yang ada saat ini masih belum mampu untuk mewujudkan visi dari metaverse itu sendiri. Menurut Intel, untuk mewujudkan metaverse dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari teknologi yang sudah ada saat ini.

Baca juga: Zuckerberg Pecat 11.000 Karyawan Setelah Hamburkan Rp 232 Triliun untuk Metaverse

Tentang Tuvalu

Tuvalu sendiri merupakan surga kecil di kepulauan Polinesia. Negara yang sebelumnya bernama Ellice Islands ini, berlokasi di kepulauan Samudera Pasifik dengan luas wilayah daratan hanya sekitar 26 kilometer persegi.

Tuvalu adalah negara anggota Commonwealth, yang berbentuk monarki parlementer, sehingga Inggris yang bertanggung jawab menjaga kedaulatannya. Tak ada tentara atau kekuatan militer di negara ini.

Dilansir situs Tuvalu Island, negara terkecil keempat setelah Vatikan, Monako, dan Nauru ini, terdiri dari sembilan pulau kecil. Pulau-pulau tersebut adalah Niulakita, Nukulaelae, Funafuti, Nukufetau, Vaitupu, Nui, Niutao, Nanumaga, dan Nanumea.

Pulau Funafuti menjadi ibukota Tuvalu dan menjadi satu-satunya tempat dengan akomodasi dan transportasi. Funafuti ditempati sekitar 56,6 persen populasi dari Tuvalu yang mencapai 12.000 penduduk.

Baca juga: Apa Itu Metaverse dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Mashable
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com