Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

kolom

Futurismo 2023: Apa yang Ditawarkan Disrupsi?

Kompas.com - 06/12/2022, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dua bulan terakhir ini perekonomian disisipi banyak berita perusahaan-perusahaan besar ‘berbau teknologi’ memangkas karyawannya secara besar-besaran.

Yang jadi kambing hitam seperti biasa adalah situasi ekonomi, lalu diramaikan dengan himbauan untuk jaga-jaga menyambut resesi tahun depan.

Sesederhana itu? Big No No!

Pemangkasan jumlah karyawan pada dasarnya juga merefleksikan begitu borosnya pembelanjaan perusahaan-perusahaan teknologi rintisan dalam merekrut SDM. Jadi sebenarnya tidak tepat bila hal ini disebut sebagai efisiensi.

Ini adalah koreksi. Banyak yang dikoreksi selain jumlah SDM yang luar biasa berlebih. Lihatlah juga jumlah duit yang terlanjur dibakar di muka, termasuk untuk membayar gaji gila-gilaan para pegawainya.

Seyogianya tak salah juga bakar duit, ini hanyalah istilah marketing. Masalahnya adalah, sampai di mana batasnya?

Beberapa jenis usaha rintisan berbasis teknologi digital menciptakan klaster-klaster yang mirip versi mini ‘Red Ocean’.

Puluhan Fintech (dan mungkin ratusan bila termasuk yang ilegal dan beroperasi liar di masyarakat bawah) saling meng-copy strategi satu sama lain. Aplikasi pembelajaran digital pun demikian.

Belum lagi ecommerce/ emarketplace. Relatif tak ada kebaruan yang mencoba membangun strategi untuk tujuan kesinambungan usaha. Satu rontok disusul yang lain. Banyak usaha rintisan yang tutup karena spirit jiplakan, spirit latah.

Bila diasumsikan metaforanya, usaha rintisan tidak sama dengan ribuan gerai penjual smartphone dan aksesorisnya di satu pusat perdagangan seperti di ITC.

Usaha rintisan konvensional cenderung saling mengisi, saling kolaborasi secara sukarela, yang penting bagi-bagi cuan.

Hal ini nyaris mustahil terjadi di usaha rintisan berbasis aplikasi. Surutnya jumlah pemain di industri-industri yang berdesak-desakan di klaster-klaster ‘Red Ocean’ tidaklah selalu diartikan sebagai sinyal bahwa ekonomi sedang memburuk.

Seperti pemangkasan massal pekerja di sektor usaha rintisan, kasus ini pun adalah koreksi. Koreksi serentak ini akan membentuk keseimbangan baru yang dianggap lebih ideal untuk berkompetisi di pasar.

Resesi mungkin tidak terhindarkan. Namun dengan memahami beberapa koreksi ini, setidaknya kita sadar bahwa pasar sedang mengajarkan kepada kita ‘segala sesuatu’ yang lebih benar, dan tentu lebih baik.

Tren Teknologi 2023

Penerapan blockchain dan adopsi web3 akan semakin meluas. Keinginan netizen untuk merebut kendali atas akun-akun mereka – terutama di internet blog, media sosial, serta aktivitas transaksi kripto maupun keuangan digital konvensional – menjadi lebih kuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com