Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Peras Twitter Rp 3 Miliar, Hacker Ancam Bocorkan Data 400 Juta Pengguna

Kompas.com - 28/12/2022, 12:00 WIB

KOMPAS.com - Sekitar 400 juta data pengguna Twitter diduga bocor dan dijual bebas di internet. Ratusan juta data tersebut dijual oleh pengguna bernama "Ryushi" dalam sebuah forum jual beli data, yaitu Breached Forums.

Adapun data-data pengguna yang dibocorkan mencakup nama handle atau username Twitter, alamat e-mail, jumlah pengikut (followers), tanggal pembuatan akun, hingga nomor telepon yang terdaftar di Twitter.

Dari ratusan juta data yang diklaim dikumpulkan menggunakan sistem Twitter (API) versi 2021 tersebut, Ryushi membagikan beberapa sampel data pengguna Twitter yang cukup dikenal publik.

Baca juga: Ingat Hacker Pembobol iPhone yang Direkrut Elon Musk? Kini Dia Resign dari Twitter

Beberapa di antaranya seperti data Twitter milik CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai; mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump; hingga musisi papan atas Charlie Puth.

Selain itu, Ryushi juga membagikan data Twitter milik beberapa perusahaan dan institusi resmi macam SpaceX, NBA, WHO, CBS Media, badan kesehatan dunia WHO, dan masih banyak lagi.

Peras Twitter

Dalam postingan yang sama, Ryushi memeras Twitter dengan meminta perusahaan milik Elon Musk itu membayar uang tebusan senilai 200.000 dolar AS (sekitar Rp 3,1 miliar) supaya data-data tersebut tidak bocor dan dijual ke publik.

Apabila ditebus, maka data-data yang dimiliki Ryushi tidak akan dibocorkan dan bakal dihapus. Sebaliknya, jika Twitter tak membayar, maka data tersebut akan dijual ke pihak yang berminat senilai 60.000 dolar AS (sekitar Rp 940 juta) per kopi data.

Di samping ancaman penjualan data ke publik, Ryushi juga mengancam Twitter bahwa mereka bakal didenda oleh otoritas Eropa atas kasus kebocoran 400 juta data pengguna Twitter ini, jika tidak membayar uang tebusan.

Baca juga: Data Pengguna Facebook Bocor, Meta Didenda Rp 4,3 Triliun

Seperti diketahui, Eropa memiliki hukum perlindungan data pribadi (GDPR), di mana suatu perusahaan akan terkena hukuman apabila melanggar aturan-aturan terkait privasi pengguna di kawasan tersebut.

"Apabila orang Twitter atau Elon Musk membaca postingan ini, maka Anda mengabaikan denda GDPR yang nilainya bakal jauh lebih besar (dari 200.000 dolar AS)," jelas Ryushi, dikutip KompasTekno dari BleepingComputer, Rabu (28/12/2022).

ilustrasi TwitterCNET ilustrasi Twitter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke