Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Huawei Siap Kembali dan Sebut Pemblokiran AS sebagai Normal Baru

Kompas.com - 03/01/2023, 12:04 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber SamMobile

KOMPAS.com - Huawei mengatakan bahwa perusahannya telah berhasil keluar dari krisis dan kembali berbisnis seperti biasa, setelah sempat terseok karena diblokir oleh Amerika Serikat.

Kilas balik, pada 2019, nama Huawei dimasukkan dalam daftar hitam entity list pemerintahan Amerika Serikat. Secara umum, daftar hitam entity list membuat Huawei dilarang dan tidak bisa menjual produknya serta mendapatkan komponen ke/dari perusahaan asal AS.

Konsekuensi dari blacklist itu, smartphone Huawei tidak boleh menggunakan sistem operasi Android, tidak dibekali layanan Google (Google Mobile Service/GMS) seperti YouTube, Google Maps, Google Drive, serta tidak bisa menggunakan chipset 5G dari Qualcomm.

Kondisi tersebut tak ayal membuat bisnis smartphone Huawei sempat terseok-seok. Misalnya, Huawei harus terdepak dari lima besar vendor ponsel dunia dan menghentikan produksi chipset Kirin yang selama ini tertanam di ponsel Huawei.

Baca juga: AS Resmi Larang Impor dan Penjualan Produk Elektronik Huawei dan ZTE

Huawei juga mau tak mau harus mengembangkan sistem operasinya "HarmonyOS" dan ekosistem Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pengganti dari layanan Google.

Namun menutup tahun 2022, CEO Huawei Eric Xu mantap mendeklarasikan bahwa perusahaannya berhasil survive alias bertahan dari pemblokiran AS tersebut.

Xu juga mengatakan bahwa Huawei kembali ke bisnis seperti sediakala.

"Pada tahun 2022, kami berhasil keluar dari krisis. Pembatasan AS sekarang menjadi normal baru (new normal) kami, dan kami kembali ke bisnis seperti biasa," tulis Xu dalam sebuah surat menyambut Tahun Baru 2023.

Sumber pendapatan lain Huawei selain jualan HP

Meski belum berhasil masuk kembali ke daftar 5 besar vendor global, Huawei dilaporkan membukukan angka penjualan kuartal IV yang lebih positif dibanding tahun lalu, yakni sebesar 191 miliar yuan (sekitar Rp 430,8 triliun).

Angka itu mencerminkan pertumbuhan sebesar 7,2 persen dibandingkan angka penjualan kuartal IV-2021.

Menurut laporan Bloomberg, angka penjualan setahun penuh Huawei diprediksi mencapai 636,9 miliar yuan (sekitar Rp 1.437 triliun), sedikit naik dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 636,8 miliar yuan (setara Rp 1.436 triliun).

Meski tumbuh, pendapatan untuk tahun 2022 itu disebut masih jauh di bawah rekor pendapatan Huawei pada 2019 yang mencapai 122 miliar dollar AS atau setara Rp 1.898,9 triliun.

Saat itu, Huawei berada pada puncaknya sebagai vendor smartphone Android teratas secara global, mengalahkan Samsung, Apple, dan lainnya.

Baca juga: Bos Huawei Sesumbar Bisa Pepet Apple Kalau Tidak Disanksi AS

Menurut laporan SamMobile, Huawei bisa bangkit berkat strategi perusahaan men-diversifikasi (penganekaragaman) sumber pendapatannya.

Tak hanya menjual smartphone, Huawei juga mulai menjual paten, serta teknologi dan layanan kepada berbagai pelanggan, termasuk perusahaan mobil, penambang, dan kawasan industri.

Pada tahun 2022, Huawei mulai memungut biaya paten dari Apple, Samsung, dan perusahaan lain. Kepala Kekayaan Intelektual Huawei, Alan Fan mengatakan perusahaannya telah menandatangani lebih dari 20 perjanjian lisensi terkait mobil terhubung (connected car), Internet of Things, jaringan, dan mobile.

Laporan lain menyebutkan bahwa Huawei telah menghabiskan tiga tahun terakhir untuk meneliti, mengembangkan, dan mencari sumber teknologi dan komponen yang merupakan alternatif dari solusi Amerika Serikat, negara yang memblokirnya.

Huawei juga mengonfirmasi bahwa mereka telah berhasil melakukan terobosan dalam proses litografi EUV bersama lembaga Administrasi Properti Intelektual Nasional China.

Jika permohonan patennya disetujui, Huawei mungkin tidak perlu lagi bergantung pada teknologi ASML, Samsung, atau Amerika untuk membuat chipset ponsel canggih dengan fabrikasi lebih kecil dari 10nm, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari SamMobile, Selasa (3/1/2023).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber SamMobile


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com