KOMPAS.com - Tahun 2022 bisa dibilang menjadi tahun buruk bagi industri teknologi, tak terkecuali bagi Apple yang notabene merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di dunia.
Apple harus legowo kekayaan perusahannya menguap 1 triliun dollar AS atau setara Rp 15.612 triliun (sama dengan Rp 15,6 kuadriliun) dalam kurun waktu setahun belakangan.
Menurut data CompaniesMarketCap, Apple berhasil mencapai kapitalisasi pasar 2,91 triliun dollar AS (kira-kira Rp 45.454 triliun) pada 1 Januari 2022. Namun, setahun kemudian, tepatnya pada 4 Januari 2023, kapitalisasi pasar Apple merosot ke angka 1,99 triliun dollar AS atau sekitar Rp 31.083 triliun.
Baca juga: Kalahkan Saudi Aramco, Apple Jadi Perusahaan Bernilai Tertinggi
Kemerosotan market cap tersebut juga menjadi akhir dari predikat "perusahaan 2 triliun dollar AS" (setara Rp 31.225 triliun) yang disandang Apple sejak Agustus 2020.
Ketika itu, Apple mencatatkan rekor menjadi perusahaan pertama dengan kapitalisasi pasar 2 triliun dollar AS, disusul oleh Microsoft dan perusahaan minyak Saudi Aramco.
Namun, Microsoft dan Saudi Aramco harus keluar dari klub perusahaan 2 triliun dollar AS pada 2022. Ini menjadikan Apple sebagai satu-satunya perusahaan dengan market cap 2 triliun dollar AS yang bertahan.
Namun, mengawali 2023, Apple juga harus keluar dari klub perusahaan 2 triliun dollar AS.
Baca juga: Apple Bukan Lagi Perusahaan Paling Berharga di Dunia
Pada perdagangan Selasa (3/1/2023), saham Apple ditutup di level 125 dollar AS (sekitar Rp 1,95 juta), turun 4,75 persen. Ini menjadi harga penutupan terendah sejak Juni 2021.
Turunnya harga saham perusahaan asal Cupertino, California, AS ini tak lepas dari sentimen negatif investor terkait ketersediaan iPhone selama masa liburan natal 2022 dan tahun baru 2023.
Di penghujung tahun 2022, Apple dilaporkan mengalami gangguan pasokan iPhone gara-gara pabrik perakitannya di China harus tutup menyusul kebijakan pembatasan (lockdown) Covid-19 setempat.
Demo karyawan itu terjadi sebagai aksi protes dari sejumlah karwayan terkait upah, krisis pangan, dan kebijakan lockdown sebagai bagian dari strategi penanggulangan Covid-19 di China.
Baca juga: Low Tuck Kwong, Orang Terkaya di Indonesia yang Juga Punya Bisnis Internet
Untuk menyelesaikan masalah, Foxconn pun menawarkan kompensasi 10.000 yuan (setara Rp 22 juta) agar pekerja baru yang melakukan protes untuk mengundurkan diri (resign).
Namun, hal ini justru memantik persoalan baru, yaitu aksi resign berjemaah. Menurut laporan GSMArena, ada sebanyak 20.000 karyawan Foxconn yang mengajukan resign demi mendapatkan kompensasi sekitar Rp 22 juta tersebut.
Nah, rentetan peristiwa di pabrik Foxconn di Zhengzhou, China, mulai dari lockdown, aksi protes, hingga resign berjemaah ini pun diyakini bakal berdampak pada lini perakitan iPhone.
Beberapa analis meramalkan, jika "masalah saat ini" berlarut-larut hingga Desember, maka bisa jadi produksi iPhone bakal 10 juta lebih sedikit daripada yang direncanakan sebelumnya.
Analis yang lain memprediksi bahwa jumlah produksi iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max akan berkurang 25 hingga 30 persen dibandingkan model iPhone 14 dan iPhone 14 Plus menjelang musim belanja liburan.
Hal inilah yang menimbulkan sentimen negatif terhadap saham Appla, sehingga harganya anjlok. Ujungnya, kapitalisasi pasar Apple juga ikut luntur seiring merosotnya harga saham Apple, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Yahoo Finance, Rabu (4/1/2023).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.