Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Dipenjara akibat Face Recognition Error, Bebas berkat Tahi Lalat

Kompas.com - 06/01/2023, 09:30 WIB
Caroline Saskia,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepolisian Louisiana, Amerika Serikat, dilaporkan salah menangkap pria tersangka pelaku pencurian. Kejadian salah tangkap itu disebabkan oleh teknologi face recognition (teknologi pendeteksi wajah) yang salah mengenali orang.

Pria yang diduga sebagai pelaku pencurian tersebut bernama Randal Reid. Saat pertama kali mendapat surat penangkapan dari kepolisian, ia sempat kebingungan dan membantah bahwa dirinya melakukan tindakan melanggar hukum itu.

Dikarenakan ada kesalahan yang tidak diketahui pihak kepolisian, alhasil Reid pun harus ditahan di balik jeruji selama lebih kurang satu minggu.

Dilansir KompasTekno dari Ars Technica, Jumat (6/1/2023), Reid ditangkap oleh polisi Lousiana pada 25 November 2022 dan dipenjara sebagai buronan, kemudian dilepaskan pada 1 Desember 2022.

Baca juga: Salah Tangkap Abdul Manaf Gara-gara Face Recognition, Ini Deratan Kasus Serupa

Penangkapan Reid terjadi saat ia merayakan acara Thanksgiving bersama ibunya di DeKalb County, Georgia. Tidak lama setelah itu, Reid mendapatkan surat penangkapan dari kantor kepolisian Jefferson Parish.

“Mereka berkata saya mendapat surat penangkapan dari Jefferson Parrish. Saya berkata ‘Apa itu Jefferson Parish?’.

"Saya hampir tidak pernah berada di Louisiana seumur hidup saya,” jelas Reid.

Selama di penjara, Reid mengatakan bahwa dirinya stress sampai tidak doyan makan dan minum. Apa yang dialaminya saat itu benar-benar di luar dugaan dan sampai di titik itu, ia tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya.

“Saya sampai tidak doyan makan minum memikirkan perkara ini. (Saya) tidak melakukan apa pun karena saya tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Mereka (kepolisian) bahkan tidak mencoba mengecek identitias yang sesuai,” pungkas Reid.

Bebas berkat tahi lalat

Kasus pencurian yang diduga dilakukan Reid sendiri sudah dilaporkan sejak Juni 2022 lalu. Tersangka melakukan pencurian harta benda, seperti tas kecil mahal bikinan Chanel dan Louis Vuitton di Metairie, Louisiana, senilai lebih dari 10.000 dollar AS (Rp 156 jutaan).

Pengacara yang mendampingi Reid, Tommy Calogero mengatakan bahwa seharusnya pihak kepolisian tidak sulit untuk memecahkan kasus ini. Sebab, pihak berwenang bisa saja mengecek kamera CCTV dan menganalisis apakah ciri fisik pencuri asli sesuai atau tidak dengan kliennya, Reid.

Calogero juga menambahkan bahwa tahi lalat yang terdapat di wajah Reid menjadi satu-satunya pembeda dan alasan kuat untuk mengeluarkan Reid dari jeruji.

Calogero juga menambahkan bahwa pencuri asli tampak memiliki bobot badan yang lebih berat. Sebab, di rekaman CCTV, lengan pencuri asli tampak lebih besar dan “berlemak”.

“Polisi seharusnya mengecek tinggi dan berat atau setidaknya berusaha untuk mengajaknya (Reid) untuk berbicara atau cara lainnya adalah menggeledah rumah tersangka untuk mencari bukti. Ia pasti akan memenuhi semua itu,” tegas Calogero.

Mengapa face recognition error?

Ilustrasi teknologi pengenal wajah (Face Recognition)women-in-technology.com Ilustrasi teknologi pengenal wajah (Face Recognition)

Penyebab kesalahan dari pendeteksi wajah tersebut masih belum diketahui lebih lanjut. Juga, tidak diketahui alat pendeteksi apa yang digunakan polisi saat itu.

Namun, selama pencarian tersangka, Kepala Polisi Daerah Joe Lopinto sempat meminta bantuan ke Lousiana State Analytic and Fusion Exchange yang berbasis di Baton Rouge untuk melakukan analisis pendeteksi wajah.

Analitic and Fusion Exchange merupakan sebuah badan atau agensi yang berfokus untuk menganalisis data dari sejumlah sumber untuk memberantas kasus kriminal dan terorisme. Analisis yang dipakai menggunakan software bernama ClearView AI dan sistem MorphoTrak.

Baca juga: Ramai di Medsos, Begini Cara Edit Foto Wajah Jadi Anime dengan FacePlay

Cara kerja dari sistem ClearView AI ini adalah membandingan wajah orang dari sejumlah gambar di media sosial ataupuun sumber lainnya.

Di situs resminya, mereka mengklaim pendeteksi wajah yang dipakai adalah yang terbesar karena memiliki 30 juta lebih database wajah yang berbasis dari internet, website, sosial media, hingga sumber open source.

Kesalahan sistem pendeteksi wajah tersebut telah membuat pihak kepolisian mengeluarkan dua surat penangkapan. Yang pertama dikeluarkan oleh kepolisian Jefferson Parish dan kedua dikeluarkan secara terpisah untuk diinvestigasi oleh kepolisian wilayah Baton Rouge.

“Tuduhan itu dilontarkan karena Reid tercatat sebagai satu dari tiga pria yang terlibat melakukan pencurian tas mahal di toko pada minggu yang sama,” tulis laporan media lokal New Orleans, Nola.

Kendati begitu, Lopinto masih belum memberikan respons dan menolak memberi komentar terkait kasus pencurian 18 Juli lalu. Pihak kepolisian Baton Rouge memberi keterangan bahwa pihaknya juga tidak mengetahui bagaimana Lopinto bisa mendeteksi Reid, yang saat itu diyakini sebagai tersangka pencurian.

Baca juga: Apa Itu Teknologi Face Recognition dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Melihat adanya permasalahan ini, organisasi nonprofit Elektronic Frontier Foundation pun angkat suara. Menurut mereka, masalah privasi dan biasnya informasi pada sistem pendeteksi wajah membuat pemerintah telah melanggar penggunaan teknologi.

Software pendeteksi wajah pada dasarnya kurang cocok digunakan untuk mendeteksi wajah ras African-American dan etnis minoritas lainnya, seperti perempuan ataupun anak-anak. Seringkali (sistem tersebut) salah mendeteksi atau bahkan gagal mengenali wajah. Sehingga memengaruhi beberapa kelompok tertentu secara berbeda,” ujar organisasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com