Artinya, layanan ini belum bisa dimainkan oleh pengguna di Asia, termasuk Indonesia. Keterbatasan ini mungkin saja bisa jadi penyebab mengapa Stadia kurang populer di kalangan gamers.
Selain itu, niat pengguna berlangganan Stadia juga mungkin dipengaruhi oleh jumlah game di Stadia, yang bisa dibilang cukup terbatas.
Ketersediaan layanan dan jumlah game bisa dibilang merupakan dua hal yang menjadi faktor pemicu pengguna untuk berlangganan, tentunya selain harga langganan per bulan.
Boleh jadi, layanan Stadia juga tidak dilirik pengguna dan terpaksa harus ditutup karena kalah saing atau tidak sepopuler layanan cloud gaming lain yang ditawarkan sejumlah perusahaan besar.
Sebut saja Microsoft dengan Xbox Live, Sony dengan PlayStation Now (PSNow), hingga Nvidia dengan GeForce Now.
Ketiga perusahaan ini memang sudah terjun ke industri gaming lebih lama dibanding Google, sehingga sangat masuk akal apabila pengguna lebih memilih salah satu dari ketiga perusahaan ini dibanding Google untuk menikmati layanan cloud gaming sempurna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.