Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penipuan Catut Nama Shopee lewat Grup WA Bukan Modus Baru, Hanya Dibuat Lebih Berliku

Kompas.com - 20/01/2023, 15:45 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruang maya belakangan diramaikan dengan modus penipuan yang mengatasnamakan sejumlah marketplace, termasuk Shopee.

Penipu melancarkan aksi ini dengan mengundang pengguna Shopee secara acak (random) ke dalam sebuah grup WhatsApp. Di grup tersebut, penipu meyakinkan pengguna bahwa grup itu khusus dibuat untuk meramaikan acara atau event Shopee .

Si penipu mengiming-imingi target dengan komisi berupa uang bila mengikuti "misi" yang diberikan. Adapun misi yang harus dilakukan korban adalah membuka link merchant Shopee yang diberikan di grup, kemudian masukkan produk yang ditampilkan ke keranjang Shopee.

Selanjutnya, korban wajib mengambil tangkapan layar alias screenshot keranjang Shopee untuk dapat duit, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 33.000 per misi.

Hasil screenshot keranjang Shopee itu kemudian disetorkan kepada admin grup yang mengaku dari acara Shopee.

Sebelum mulai menjalankan misi, korban juga diwajibkan memberikan data diri, seperti nama, alamat, hingga nomor rekening kepada admin.

Baca juga: Waspada Penipuan Catut Nama Shopee, Modus lewat Grup WhatsApp

Jadi, nanti komisi yang didapatkan bakal ditransfer ke nomor rekening yang diberikan. Namun, pada tahap tertentu, korban diarahkan mengunduh aplikasi lain untuk bisa mendapatkan misi dengan komisi yang lebih besar.

Saat korban tergiur dan mengumpulkan komisi lebih banyak, si penipu pun menyuruh korban untuk melakukan top up dengan menyetor sejumlah uang ke rekening penipu.

Janjinya, setelah itu, komisi yang dikumpulkan korban tadi bakal langsung di transfer ke rekening korban. Namun, nihil. Uang yang ditransfer korban raib digondol penipu tadi.

Jangan tergiur

Terkait modus penipuan ini, pemerhati keamanan siber, Yerry Niko Borang mengatakan, modus penipuan screenshot keranjang Shopee untuk dapat duit itu bukan jenis penipuan baru, hanya saja dibuat berliku untuk memperdaya korban. 

Modus penipuan macam itu termasuk dalam kejahatan social engenering alias rekayasa sosial, di mana pelaku memanipulasi psikologis korban. Dalam kasus ini, pelaku melakukannya dengan cara menjanjikan dapat uang instan bila korban melakukan misi yang diberikan.

"Orang-orang yang ikut dan terpancing untuk ikut skema permainan begini biasanya punya motivasi masing-masing, misalnya kesulitan hidup, ingin kaya mendadak dan sebagainya," kata Yerry.

Baca juga: WhatsApp Jadi Tempat Favorit Penipu Sebar Link Berbahaya

Makanya, Yerry mengimbau, pengguna internet jangan mudah tergiur dengan sesuatu yang istilahnya "too good to be true", seperti mendapatkan uang instan tanpa bekerja.

Ia juga berpesan, jangan langsung tergiur bila diiming-imingi hadiah uang yang besar dari pihak yang tak jelas.

"Jangan mudah percaya walau (penipu) menggunakan nama-nama brand besar atau nama artis papan atas," kata Yerry.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com