PEKAN lalu, sebuah satelit milik Inmarsat seri I-6F2 diangkut dari pabriknya di Toulouse, Prancis menyeberang Samudera Atlantik ke Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS) untuk dilontarkan ke langit oleh roket SpaceX Falcon 9.
Satelit maritim itu akan “diparkir” di titik tetap GEO (geostationer earth orbit) di ketinggian 36.500 kilometer dari muka Bumi, dan mulai dioperasikan pada Februari 2023. Satelit seberat 5,47 ton ini diangkut pesawat angkut yang mirip ikan paus beluga, Airbus Beluga A 300-600 ST (super transporter), pengembangan dari AB Beluga A 300-600 milik pabrik pesawat Airbus.
Beluga A300-600 yang panjangnya 60,3 meter dan tinggi 18,9 meter itu mampu membawa kargo seberat 53 ton. Namun kemampuan jarak tempuh Beluga hanya 4.074 kilometer. Padahal jarak Toulouse di Prancis dan Kennedy Space Center di Florida, AS 7.000 kilometer lebih.
Baca juga: Airbus Beluga XL Terbang Perdana di Atas Kota Toulouse
Sementara Samudera Atlantik di antara dua benua itu semua berupa laut lepas, tiada pulau dengan bandara di atasnya. Padahal untuk amannya penerbangan, Beluga harus mampir ke beberapa bandara, mengisi bahan bakar. Satu di antaranya Bandara Internasional St John di New Foundland di pantai Samudera Atlantik Utara.
Dalam melakukan perjalanan Beluga harus melambung menyusuri pantai Eropa Barat di Atlantik Utara ke arah Kutub Utara, sampai Bandara St John di New Foundland. Dari sana Beluga menyeberangi selat pendek ke Kanada di benua Amerika, terus belok ke selatan sampai Miami dan berakhir di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, di Florida.
Satelit Inmarsat I-6F2, satelit generasi keenam yang kedua setelah yang pertama berhasil diterbangkan ke Jepang dengan pesawat angkut raksasa Antonov AN-225 Mriya awal 2022. Mriya, monster seberat 600 ton ini Februari tahun lalu hancur dibom Rusia di hangarnya, di Ukraina.
Mriya – artinya mimpi – harganya sekitar 250 juta dollar AS, mampu membawa beban sebanyak 250 ton, sebanding dengan 3.500 buah mesin cuci atau satu KRL (kereta rel listrik) seberat 200-an ton. Panjang badannya 84 meter, lebar sayap 88,4 meter dan tinggi 18,1 meter, sama tinggi dengan bangunan lima lantai.
Baca juga: Inmarsat Tawarkan Pelacakan Pesawat Gratis
Mriya ditenagai enam mesin turbo jet dan mampu terbang sejauh 15.400 km dengan kecepatan rata-rata 850 km/jam.
Setelah Mriya yang perkasa itu hancur, tidak ada lagi pesawat super besar yang mampu membawa beban besar dan berat menyeberang Atlantik.
Padahal Satelit Satria-1 milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kominfo yang harganya 550 juta dollar AS, sekitar Rp 8,2 triliun saat ini, harus diseberangkan dengan rute sama dengan Inmarsat I-6F2 pada triwulan ketiga tahun ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.