Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FBI Retas Situs Web Komplotan Hacker Ransomware "Hive"

Kompas.com - 29/01/2023, 19:01 WIB
Bill Clinten,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber PCMagazine

KOMPAS.com - Biro Investigasi Federal AS (FBI), bersama penegak hukum dan otoritas terkait lainnya dari AS dan Eropa, berhasil meretas (hack) sebuah situs web milik kelompok peretas (hacker) yang biasa dijuluki dengan "Hive".

Hive diketahui merupakan sekelompok hacker yang biasa melancarkan aksinya di dunia maya dengan cara mengunci data target, lalu meminta imbalan ke korban untuk membebaskan data yang dikunci. Biasanya, metode seperti ini disebut sebagai ransomware atau perangkat pemeras.

Menurut FBI, ketika mengakses situs web milik Hive, muncul banner yang menerangkan bahwa website ini terbukti telah melakukan beragam pelanggaran hukum yang diatur oleh FBI, lembaga rahasia AS (Secret Service), dan beberapa lembaga pemerintahan di Eropa.

Lembaga Keadilan (Pengadilan) AS, yang diwakili oleh Deputi Jaksa Penuntut Umum AS Lisa Monaco, mengatakan bahwa butuh sekitar tujuh bulan bagi FBI untuk melakukan investigasi dan meretas website Hive. 

Baca juga: Sebanyak 35.000 Akun PayPal Dibobol Hacker, Data Pengguna Dicuri

Dalam kurun waktu tersebut, FBI berhasil mendapatkan ratusan hingga ribuan file "kunci" yang disimpan di server Hive secara diam-diam.

Adapun ribuan file yang berhasil dibobol ini bisa dipakai untuk membebaskan data-data yang sebelumnya "disandera" dan dijadikan obyek ransomware oleh Hive. 

"Sederhananya, kami berhasil meretas si peretas untuk menegakkan keadilan," kata Monaco, dikutip KompasTekno dari PCMag.com, Minggu (29/1/2023).

Mengamankan server utama Hive

Selain meretas situs web Hive, FBI juga mengatakan pihaknya berhasil mendeteksi dan memblokir dua server utama (back-end) Hive yang berlokasi di Los Angeles, AS.

Konon, server ini biasa digunakan Hive untuk menyimpan data-data penting mereka, boleh jadi data-data milik target ransomware yang sudah dicuri atau dikunci kelompok peretas tersebut. 

Meski situs web Hive berhasil diretas FBI, belum bisa dipastikan apakah aksi serangan siber dari Hive akan berhenti total atau tidak.

Terlebih, FBI saat ini belum menahan atau menangkap orang yang bertanggung jawab atas kegiatan kriminal yang dilakukan komplotan hacker tersebut.

Baca juga: Kenapa Hacker Incar Situs Pemerintah dan Universitas untuk Promo Judi Online?

Direktur FBI, Chris Wray mengatakan pihaknya akan terus melacak aktor atau peretas yang berusaha melakukan kegiatan kriminal di dunia siber, meski mereka bersembunyi sekalipun.

"Kami tegaskan ke para pelaku siber bahwa di mana pun Anda berada dan seberapa keras usaha Anda untuk menyembunyikan jejak, pasti seluruh infrastruktur, rekan kriminal, uang, dan kebebasan Anda akan tidak aman. Perlahan, seluruh kegiatan busuk Anda akan terkena konsekuensi di masa depan," kata Wary.

Terkait Hive, kelompok hacker yang kabarnya berasal dari Rusia ini, dianggap sebagai grup peretas yang cukup terkenal di dunia maya, utamanya di bidang ransomwaredengan jumlah target yang tidak sedikit.

Bahkan, FBI menyebut sudah ada sekitar 1.500 target yang diincar Hive, yang melibatkan berbagai organisasi di seluruh dunia. Adapun mayoritas target yang diincar Hive adalah rumah sakit dan lembaga pemerintah yang berasal dari AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PCMagazine


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com