Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Instagram Tutup Live Shopping Maret 2023

Kompas.com - 15/02/2023, 07:48 WIB
Caroline Saskia,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Apalagi sejak pandemi berlangsung, seluruh orang di dunia dirumahkan, membuat pertumbuhan toko retail online dan e-commerce meningkat pesat. Para penjual di AS pun mulai mengadopsi cara baru untuk menjual produknya secara online guna meningkatkan pemasukan.

Sayangnya, cara tersebut tidak bertahan lama. Setelah kasus pandemi Covid-19 mulai mereda, semua aktivitas kembali normal, para pakar menemukan bahwa konsumen di AS tidak terlalu terdorong lagi melakukan transaksi di live streaming.

Melansir Tech Crunch, seperti yang dikutip KompasTekno, Rabu (15/2/2023), salah satu temuan melaporkan penjualan online secara keseluruhan, termasuk belanja di live streaming, hanya sekitar 5 persen dari total penjualan e-commerce di AS pada 2022 lalu.

Senada dengan laporan tersebut, TikTok yang digadang-gadang sebagai platform paling sukses mengimplementasikan belanja secara live streaming, pun membatalkan rencana ekspansi fitur belanja secara streaming ini di AS dan Eropa.

Dikarenakan saat melakukan uji coba di kedua pasar tersebut, tidak ada pengguna yang berhasil menjual produknya lewat live streaming.

Beda budaya

Sulitnya pasar di negara-negara Barat mengadopsi cara berbelanja konsumen di China mungkin disebabkan oleh perbedaan budaya dan kebiasaan konsumen dalam mengakses konten digital.

Asisten profesor dan peneliti digital marketing, kebiasaan pengguna, dan jejaring sosial dari Fakultas Management di Unversity of British Colombia’s Okanagan, Ying Zhu mengatakan bahwa alasan pasar Amerika dan Eropa tidak seperti China karena budaya China adalah “cashless”.

Baca juga: Berhentinya Tradisi Tahunan Alibaba Saat Festival Belanja Online 11.11

“China adalah masyarakat cashless (tidak memegang uang fisik). Jadi, Anda memiliki konsumen yang sangat mandiri, yang sudah terbiasa dengan aktivitas digitalisasi ekonomi. Mereka tidak butuh uang fisik, kartu debit, atau kartu kredit. Yang mereka butuhkan hanya smartphone,” ujar Zhu kepada Time.

Konsep penjualan online di negara-negara Barat dinilai punya potensi. Hanya saja, menurut Zhu, tanpa membangun infrastruktur dan edukasi terhadap konsumennya, lalu tiba-tiba menerapkan cara berbelanja baru ke pasar, itu adalah harapan sukses yang naif.

"Ini adalah konsep yang baik. Namun, tanpa membangun infrastruktur dan edukasi terhadap konsumen, dengan tiba-tiba menerapkan ide baru ini ke pasar serta mengharapkan hal tersebut bakal sukses, itu adalah sesuatu yang naif," pungkas Zhu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com