Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandelnya Situs Judi Online yang Susupi Website Pemerintah dan Universitas hingga Bikin Kominfo "Kerepotan"

Kompas.com - 16/02/2023, 09:30 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Penulis

KOMPAS.com - Tantangan pemerintah, terutama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk meberangus judi online tampaknya masih terjal. Tidak cukup dengan memblokir situs judi online di internet saja.

Sebab, pengelola website judi online selalu punya cara lain agar situsnya tetap bisa mudah dijangkau. Salah satunya dengan nebeng di website resmi pemerintah yang menggunakan domain go.id dan lembaga pendidikan, seperti universitas dengan domain ac.id.

Situs judi online sangat mudah ditemukan di mesin pencarian Google Search. Ketika memasukkan kata kunci terkait judi online, seperti "slot", slot88", "situs slot" di Google Search, akan muncul beberapa website dengan domain go.id dan ac.id yang disusupi situs judi online.

Apabila diklik, situs itu akan menampilkan konten judi online. Namun, ada juga beberapa situs yang sudah tidak bisa diakses dan menampilkan keterangan sedang dalam pemeliharaan (under maintenance).

Mengapa bisa demikian?

Baca juga: Ada Link Judi Slot di Situs Pemerintah dan Universitas, Pengamat: Buat Jaga-jaga dan Praktik SEO Jahat

Manfaatkan website rentan yang sudah pernah diretas

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan lemahnya keamanan website membuat mereka rentan disusupi situs judi online.
Pria yang akrab disapa Semmy itu mengatakan masih banyak pengelola website yang belum memiliki pemahaman akan keamanan siber yang mumpuni.

Selain itu, menurutnya banyak situs pemerintah dan lembaga pendidikan yang sudah tidak aktif dan tidak terawat. Hal itu membuat mereka "dihuni" oleh situs lain, seperti judi online.

Hal serupa juga dikatakan oleh Afif Hidayatullah, peneliti keamanan siber independen yang juga seorang bug hunter (pemburu lubang keamanan internet). Dia menjelaskan, pengelola situs judi online memanfaatkan website yang rentan dan sudah pernah diretas oleh hacker sebelumnya.

"Peretas sudah membobol server situs pemerintahan dan perguran tinggi tersebut dan sudah menanamkan backdoor alias akses ke server," kata Afif melalui pesan singkat kepada KompasTekno, Rabu (18/1/2023).

Tangkapan layar beberapa situs perguruan tinggi dengan domain ac.id yang disusupi situs slot gacor alias situs judi online.KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto Tangkapan layar beberapa situs perguruan tinggi dengan domain ac.id yang disusupi situs slot gacor alias situs judi online.

Backdoor itu kemudian dijual ke tim pengelola situs judi online. Dengan backdoor yang diberikan hacker, pengelola situs judi online bisa menginjeksi skrip iklan situs judi online.

Nah, skrip itu lah yang akan muncul ketika mengeklik website pemerintah dan lembaga pendidikan yang disusupi situs judi online tadi.

Menurut Afif, tim pengelola situs judi online memasang iklan milik mereka sendiri demi bisa meningkatkan Search Engine Optimization (SEO) dari situs judi tersebut.

Afif menyebut praktik ini sebagai "Black Hat SEO" atau SEO Jahat, praktik yang memungkinkan untuk meningkatkan volume dan kualitas trafik kunjungan melalui mesin pencari, menuju situs web judi online. Praktik black hat SEO ini cenderung tidak disetuju, tidak etis, dan menyalahi aturan mesin pencarian soal SEO.

Penjelasan lengkap soal Black Hat SEO bisa disimak di artikel "Apa Itu Black Hat SEO, Praktik Jahat yang Dipakai Link Judi Slot di Situs Pemerintah dan Institusi Pendidikan?"

Tak cuma mempraktikkan Black Hat SEO, hacker penjual backdoor juga berpotensi membahayakan data internal yang disimpan di server situs yang terdampak. Sebab, menurut Afif, akses ke server yang dijual hacker ini terbilang sangat penting.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com