Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMK di Semarang Temukan "Bug" di Sistem Google, Dapat Hadiah Rp 76 Juta

Kompas.com - 08/03/2023, 11:15 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Editor

KOMPAS.com - Seorang siswa SMK asal Semarang berhasil menemukan celah keamanan (bug) di sistem Google. Siswa tersebut adalah Abdullah Mudzakir, siswa SMKN 8 Kota Semarang, kelas XII jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).

Mudzakir menceritakan, penemuan bug di sistem keamanan Google bukanlah hal yang mudah. Dia juga mengatakan, bukan kali ini saja menemukan bug di sistem keamanan Google.

Mudzakir mengaku sebelumnya sudah empat kali menemukan bug dan melaporkannya ke Google, namun ditolak.

"Sebetulnya saya lapor di Google itu sudah lima kali. Tapi yang empat laporan itu ditolak, karena laporan saya tidak valid. Akhirnya coba cari lagi yang kelima dengan bantuan teman juga, nemu deh akhirnya," ucap Mudzakir kepada Kompas.com, Senin (6/3/2023).

Baca juga: Bug di Google Search Muncul Saat Mengetik the1975..com

Mudzakir mengeklaim bug yang ditemukannya ini merupakan salah satu yang cukup langka.
Artinya, bug tersebut jarang ditemukan bug hunter (pemburu celah keamanan) lain.

Mudzakir juga sempat berdebat dengan pihak Google terkait temuan bug terakhirnya itu.

"Perlu waktu hampir setengah bulan buat menjelaskan, bahwa bug yang saya temuin itu sangat rentan dan berbahaya. Jadi waktu nemu bug itu di tahun 2020 akhir, cuma diterimanya pas 2021. Dan katanya, bug saya jadi yang terbaik saat itu," tutur Mudzakir.

Dapat hadiah 5.000 dollar AS

Berkat penemuan bug itu, Mudzakir menerima hadiah sebesar 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 76 juta dari Google. Bukan cuma itu, Mudzakir juga menerima kartu Google bug hunters yang diberikan khusus bagi seseorang dengan kemampuan hacking (meretas) dan menemukan celah keamanan di sebuah sistem Google.

Mudzakir mengatakan, uang hasil berburu bug Google ini akan ia gunakan untuk meningkatkan kemampuannya di bidang informasi teknologi (IT).

Selain itu, dia juga ingin membeli laptop, sementara sisanya akan ditabung dan diberikan ke orang tua. Mudzakir mengatakan, orang tuanya sempat tidak merestui jalannya untuk menjadi seorang hacker atau bug hunter.

Namun, lantaran berdampak positif, kedua orang tuanya akhirnya mengizinkan.

"Karena kata hacker saat itu masih tabu dan jahat. Setelah saya jelasin ke orangtua, responsnya baik," jelas Mudzakir.

Baca juga: Uang yang Diberikan Google untuk Penemu Bug Pecahkan Rekor

Untuk diketahui, hacker memang memiliki berbagai macam jenis, tidak selalu berkonotasi buruk.

Saat ini, setidaknya dikenal ada tiga jenis hacker, yakni White Hat (ethical hacker) atau hacker yang meretas secara legal dan sah, Black Hat (hacker jahat), serta Gray Hat (berada di antara White dan Black hat).

Penjelasan masing-masing jenis hacker bisa disimak di artikel "Perbedaan tiga jenis hacker".

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com