Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitch PHK 400 Karyawan, Imbas Layoff Gelombang Kedua di Amazon

Kompas.com - 21/03/2023, 15:24 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gelombang PHK di industri teknologi masih berlanjut. Kini, platform live streaming Twitch mengumumkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 400 karyawannya dalam beberapa minggu mendatang.

PHK 400 orang tersebut merupakan imbas dari gelombang kedua PHK di perusahaan induk Twitch, yakni Amazon.

Raksasa e-commerce itu juga baru mengumumkan gelombang PHK baru-baru ini. CEO Amazon Andy Jassy mengungkapkan bahwa Amazon bakal layoff sekitar 9.000 karyawannya secara global.

Putaran PHK ini utamanya akan berdampak pada pegawai di sejumlah bisnis Amazon, salah satunya bisnis live streaming Twitch.

Baca juga: Amazon PHK 9.000 Karyawan, Termasuk AWS dan Twitch

CEO Twitch yang baru, Dan Clancy, juga mengumumkan PHK 400 karyawannya lewat sebuah posting di blog perusahaan.

Clancy mengatakan, seperti banyak perusahaan, bisnis Twitch juga terdampak tantangan ekonomi makro yang terjadi secara global. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan pengguna dan pendapatan tidak sejalan dengan harapan Twitch.

Jadi, untuk memastikan bisnis Twitch tetap bertahan lama, perusahaan memilih untuk merampingkan tenaga kerjanya.

"Untuk menjalankan bisnis kami secara berkelanjutan, kami telah membuat keputusan yang sangat sulit untuk merampingkan jumlah tenaga kerja kami," tulis Clancy dalam sebuah keterangan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari TechCrunch, Rabu (22/3/2023).

Amazon menghemat biaya operasional

Gelombang kedua PHK Amazon yang berdampak pada 9.000 pegawai ini dilakukan demi menghemat biaya operasional di tengah tantangan makro ekonomi global.

Sebelumnya, Amazon juga sudah mem-PHK lebih dari 18.000 karyawannya secara global pada Januari lalu.

PHK massal Amazon ini terjadi setelah perusahaan melakukan perekrutan pegawai baru secara besar-besaran selama pandemi Covid 19.

Tenaga kerja global Amazon membengkak menjadi lebih dari 1,6 juta karyawan pada akhir 2021. Angka tersebut naik dari 798.000 pada kuartal keempat 2019.

Bila sedikit kilas balik ke belakang, Amazon menjadi salah satu perusahaan teknologi yang mendapatkan "rezeki nomplok" saat pandemi Covid-19 merebak. Sebab, orang-orang yang berdiam di rumah berbondong-bondong beralih ke belanja online, misalnya.

Bisnis Amazon di bidang e-commerce (amazon.com), bahan makanan (Amazon Fresh), hingga komputasi awan (Amazon Cloud Services/AWS) pun ikut subur. 

Baca juga: Tak Ada PHK Massal di Apple, Ini Rahasianya

Ketika itu, untuk memenuhi permintaan, Amazon pun menggandakan jaringan logistiknya dan merekrut ratusan ribu karyawan baru. Sehingga, tenaga kerjanya membengkak menjadi 1,6 juta orang pada akhir 2021.

Namun, kini permintaan tersebut cenderung melambat seiring dengan orang-orang yang mulai kembali beraktivitas seperti biasa.

Jassy pun mulai meninjau secara luas pengeluaran perusahaan karena memperhitungkan penurunan ekonomi dan pertumbuhan yang melambat dalam bisnis ritelnya.

Alhasil, Amazon juga mulai berhitung dan melakukan pemotongan biaya operasional hingga pengurangan pegawai seperti saat ini.

Amazon juga dilaporkan membekukan perekrutan tenaga kerja korporatnya, menghentikan beberapa proyek eksperimental, dan memperlambat perluasan gudangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com