Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO TikTok Dicecar DPR AS Selama 5 Jam

Kompas.com - Diperbarui 25/03/2023, 07:34 WIB
Bill Clinten,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "Drama" antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan media sosial berbasis video pendek TikTok, di mana AS khawatir platform ini bisa memata-matai warga AS lewat aplikasi, terus berlanjut.

Terbaru, CEO TikTok, Shou Zi Chew menghadiri sidang dengar pendapat bersama sejumlah anggota parlemen Komisi Energi dan Perdagangan Amerika Seriakt (AS) di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS, Kamis (23/3/2023) waktu setempat. 

Dalam sidang yang kabarnya digelar sekitar lima jam tersebut, Chew hadir untuk menjawab berbagai pertanyaan dari anggota parlemen AS terkait operasi TikTok, sekaligus membela dan menampik berbagai dugaan bahwa TikTok merupakan aplikasi yang mengancam keamanan nasional AS.

Pada pernyataan pembuka, seorang perwakilan anggota parlemen mengatakan bahwa TikTok harus diblokir di AS. Sebab, aplikasi tersebut berasal dari China dan ada induknya, yaitu ByteDance, yang terbukti berhubungan dengan Partai Komunis China (CCP).

Baca juga: TikTok Wajib Penuhi Syarat Ini jika Tidak Mau Diblokir di AS

Karena hubungan dengan pemerintah China ini, TikTok dianggap bisa mengancam keamanan nasional AS, baik itu keamanan pemerintah maupun warganya. Sebab, TikTok diduga bisa memata-matai pengguna via aplikasi.

Chew tentunya menolak dugaan ini dan memastikan bahwa ByteDance bukan agen atau mata-mata dari pemerintah China.

Untuk meyakinkan para anggota parlemen atau kongres, Chew mengatakan bahwa TikTok saat ini tengah menjalankan sebuah rencana besar yang dijuluki "Project Texas". 

Sederhananya, rencana bernilai 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 22,7 triliun) ini bakal membuat data pengguna TikTok yang berasal dari AS disimpan di dalam sebuah server yang berlokasi di AS juga.

Sehingga, ketika Project Texas rampung, data pengguna AS ini akan tetap terlindungi dari akses pihak-pihak, karyawan, atau server yang berasal dari luar AS.

Baca juga: Pemerintahan Biden Minta TikTok Dijual jika Ingin Tetap Beroperasi di AS

Namun, Project Texas, yang konon telah berjalan selama sekitar satu tahun, tampaknya belum bisa meyakinkan anggota parlemen AS.

Pasalnya, beberapa dari mereka menyebut bahwa proyek ini belum mampu cukup meyakinkan DPR AS bahwa TikTok tidak memata-matai pengguna AS.

Selain itu, anggota parlemen lain juga menyebut bahwa proyek ini hanyalah gimmick marketing TikTok supaya tidak terlihat buruk di publik, terutama di mata pemerintah AS.

ByteDance disebut perusahaan global

Ilustrasi TikTok ByteDancecnet.com Ilustrasi TikTok ByteDance

Dalam proses sidang perdana di level DPR AS ini, Chew turut "diserang" berbagai pertanyaan terkait TikTok, hubungannya dengan ByteDance, dan proses operasinya.

Ketika ditanya anggota parlemen AS soal apakah ByteDance merupakan perusahaan asal China atau bukan, Chew membalasnya dengan jawaban bahwa TikTok merupakan perusahaan global, bukan perusahaan asal China. 

Hanya saja, perusahaan tersebut kebetulan memang dirintis dan dimiliki oleh orang asal China. 

Lalu, anggota parlemen juga melontarkan pertanyaan seputar fitur-fitur TikTok yang bisa mengakses jaringan internet, fitur keamanan untuk remaja, hingga hubungan ByteDance dengan TikTok kepada Chew. Namun, jawaban Chew konon tidak cukup memuaskan.

Pertanyaan dari anggota parlemen AS lantas semakin mengarah ke ranah pribadi dan politis, terutama seputar pandangan Chew terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah China, salah satunya terkait persekusi mereka terhadap etnis Uighur. 

Terkait hal itu, Chew mengatakan bahwa ia sangat prihatin terhadap seluruh bentuk kekerasan atau diskriminasi terhadap hak asasi manusia, tanpa menyebut Uighur secara spesifik. 

Baca juga: TikTok Diblokir di Banyak Negara, Ada Apa?

Seputar pertanyaan pribadi, Chew juga ditanyai apakah ia memiliki koneksi atau hubungan personal dengan anggota-anggota di CCP atau tidak. Namun, ia menghindari pertanyaan ini dengan menjawab bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan TikTok.

Secara garis besar, para anggota parlemen AS menyimpulkan bahwa testimoni yang diberikan Chew di sidang perdana ini kurang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan tepat.

Sebab, ia dianggap selalu menghindar, serta disebut gagal memberikan jawaban meyakinkan ketika ditanya seputar hal-hal penting yang bisa mengubah pandangan atau posisi TikTok di mata pemerintah AS.

Di akhir sidang, Chew berjanji bakal menerima pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari anggota parlemen AS selama 10 hari kerja ke depan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari ArsTechnica, Jumat (24/3/2023).

Beberapa pertanyaan yang dikirimkan ke TikTok konon meliputi transparansi penjualan data yang ada di TikTok, porsi pendapatan TikTok di ByteDance, hubungan TikTok dan praktik berbagi data dengan platform teknologi lainnya, dan masih banyak lagi. 

Tidak disebutkan kapan pertanyaan-pertanyaan dari parlemen AS ini akan dijawab TikTok. Namun yang jelas, Chew, dalam testimoni tertulisnya, berjanji bahwa TikTok akan menjadi aplikasi lebih yang aman bagi warga AS di masa depan.

Adapun janji TikTok yang diutarakan Chew meliputi empat hal, yaitu menjaga data pengguna AS tetap aman, mencegah pihak lain mengakses data warga AS, mencegah pemerintah luar AS memanipulasi konten TikTok, dan meningkatkan transparansi terhadap data yang diakses oleh pihak ketiga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com