Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APJII Ungkap Kondisi Industri dan Tantangan Penyedia Layanan Internet di Indonesia

Kompas.com - 31/03/2023, 14:31 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri penyedia layanan internet (internet service provider, ISP) di Indonesia dinilai tengah dalam posisi Growing Stage alias tumbuh dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi.

Kondisi tersebut terungkap dari hasil survei soal Penyedia/Penyelenggara Layanan Internet di Indonesia yang dirilis Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Kamis (30/3/2023).

Survei APJII soal ISP ini berangkat dari kuesioner online yang dibagikan terhadap 239 anggota APJII yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Angka tersebut mewakili sebesar 26,73 persen dari total anggota APJII yang berjumlah 894 anggota.

Namun, survei juga mencatat setidaknya ada enam tantangan utama yang dihadapi pemain untuk meningkatkan pertumbuhan industri ISP di masa mendatang. Salah satunya soal mahalnya biaya pemeliharaan infrastruktur dan regulasi yang kurang mendukung.

Baca juga: Lagi-lagi, Internet Bekasi Paling Kencang Se-Indonesia Lampaui Jakarta

Lanskap industri dan tingkat pertumbuhan ISP Indonesia

Survei APJII mengungkap, mayoritas responden menilai tingkat kematangan indutri ISP di Indonesia dinilai dalam tahap Growing Stage. Artinya industri ISP tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.APJII Survei APJII mengungkap, mayoritas responden menilai tingkat kematangan indutri ISP di Indonesia dinilai dalam tahap Growing Stage. Artinya industri ISP tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Responden melihat tingkat kematangan industri Internet Service Provider di Tanah Air dengan beberapa persepsi berbeda.

Yang paling banyak atau sekitar 50,63 persen responden menilai tingkat kematangan industri Internet Service Provider di Tanah Air sedang dalam tahap "Growing Stage". Tahap ini menggambarkan bahwa industri ISP bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Dalam lima tahun ke depan, 52,74 persen responden juga melihat prospek industri ISP Indonesia masih dalam fase Growing Stage.

Lalu sebanyak 23,85 responden menilai industri ISP Tanah Air berada dalam fase "Starting up Stage", di mana industri bertumbuh namun pertumbuhannya masih relatif rendah. Responden lainnya (20,92 persen) menilai industri ISP dalam negeri berada dalam fase tumbuh namun sudah mulai stagnan alias Shakeout Stage.

Baca juga: Daftar Kecepatan Internet di ASEAN, Indonesia Peringkat Bawah

Sebagian kecil melihat industri ISP Indonesia dalam fase Maturity Stage (tidak lagi bertumbuh dan cenderung mengalami penurunan) serta Declining Stage (industri mengalami penurunan).

Survei APJII turut merinci, ada lima faktor utama yang paling menentukan tingkat kematangan industri provider Layanan Internet dalam negeri, yaitu sebagai berikut:

  1. Tingkat penetrasi internet yang masih potensial untuk ditingkatkan. 
    Dalam hal ini, menurut survei APJII terbaru, tingkat penetrasi Internet Indonesia sepanjang tahun 2022-2023 mencapai 78,19 persen. Artinya, jumlah penduduk Indonesia yang terkoneksi dengan Internet di tahun 2022-2023 sebanyak 215.626.156 jiwa dari total populasi sebesar 275.773.901 jiwa. Jadi masih ada ruang untuk meningkatkan penetrasi internet di Indonesia.

  2. Perkembangan teknologi yang semakin pesat

  3. Dukungan dari pemerintah

  4. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta

  5. Pemain pasar yang belum terlalu banyak.
    Soal pemain ISP, survei APJII mencatat, kebanyakan responden (40,2 persen) melihat tingkat persaingan ISP di Indonesia cukup tinggi. Tak sedikit juga responden yang menilai tingkat persaingan di industri ISP masuk dalam kategori tinggi (29,7 persen) dan tinggi sekali (27,2 persen).

Survei APJII juga mengungkap, tingkat pertumbuhan penjualan ISP periode 2021-2022 mayoritas tumbuh 0-20 persen. Tahun 2023 ini, tingkat pertumbuhan penjualan ISP mencapai 0-50 persen.

Baca juga: 5 HP di Indonesia dengan Internet Terkencang Saat Ini

Enam tantangan meningkatkan industri ISP Indonesia

6 tantangan meningkatkan pertumbuhan industri ISP Indonesia.APJII 6 tantangan meningkatkan pertumbuhan industri ISP Indonesia.
Meski ada prospek, pertumbuhan industri ISP Indonesia dalam lima tahun ke depan bukan tanpa tantangan.

Survei APJII merinci ada enam tantangan utama dalam meningkatkan industri, seperti dikutip KompasTekno dari rilis pers asosiasi, sebagai berikut:

  1. Biaya pemasangan dan pemeliharaan infrastruktur yang tinggi (23,8 persen)
  2. Sulitnya infrastruktur menjangkau akses layanan, terutama pada area remote dan rural (23,4 persen)
  3. Persaingan yang terlalu tinggi (21,3 persen)
  4. Regulasi dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung (15,9 persen)
  5. Terbatasnya akses permodalan (10,5 persen)
  6. Kurangnya SDM yang berkualitas tinggi (1,3 persen)

Sebanyak tiga dari enam tantangan di atas juga ditemui pemain ISP dan belum teratasi, yakni soal infrastruktur, pendanaan, dan sumber daya manusia (SDM).

SDM berkualitas tinggi menjadi salah satu tantangan yang penting untuk diperhatikan. Musababnya, ini berkaitan dengan keamanan siber dari ISP.

Survei APJII mengungkapkan, ada tiga serangan siber yang paling sering dialami ISP, yaitu malware (malicious software/perangkat lunak jahat), virus, dan brute force.

Sayangnya, sebanyak 49,4 persen ISP tidak memiliki prosedur mitigasi terhadap serangan siber. Alasan utamanya absennya prosedur mitigasi itu adalah karena perusahaan ISP tidak memiliki SDM untuk mengangani mitigasi serangan siber.

Baca juga: Apa Itu ISP? Mengenal Fungsi, Jenis, serta Contohnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerbit 'GTA 6' PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Penerbit "GTA 6" PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Game
TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

Software
HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com