Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merunut Evolusi Teknologi lewat Museum Inovasi Samsung di Korea Selatan

Kompas.com - 06/04/2023, 11:30 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Filsuf Barat Heraclitus pernah berkata, "Tidak ada yang permanen kecuali perubahan". Ungkapan ini sangat menggambarkan industri elektronik dunia dalam 270 tahun terakhir.

Perangkat elektronik, seperti telepon, ponsel, dan televisi, sudah berevolusi sedemikian rupa dan sedemikian canggih dibanding produk elektronik pertamanya.

Jurnalis KompasTekno Galuh Putri Riyanto berkesempatan melihat evolusi industri teknologi dari masa ke masa ketika berkunjung ke Samsung Innovation Museum (SIM) di kantor pusat Samsung di Samsung Digital City (SDC), Suwon, Korea Selatan.

Acara ini merupakan bagian dari "Samsung FAM Trip" yang diadakan Samsung secara terbatas untuk sedikit media dan pengulas gadget di beberapa Asia Tenggara.

Baca juga: Mencoba Duluan Fitur Edit Foto Samsung Galaxy Enhance-X Sebelum Dirilis

Pada hari biasa, Samsung Innovation Museum juga terbuka untuk publik dan gratis. Namun, pengguna perlu mengecek jadwal dan aturan kunjungan SIM melalui situs resmi berikut ini.

Sejarah dan alat elektronik pertama 

Pengunjung sedang melihat sejarah penemuan listrik di Samsung Innovation Museum.KOMPAS/ Lulu C. Mahendra Pengunjung sedang melihat sejarah penemuan listrik di Samsung Innovation Museum.
Meski namanya Samsung Innovation Museum, tempat ini tidak hanya memajang hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan Samsung, tetapi juga industri elektronik secara umum.

Saat pertama masuk ke museum, pengunjung bakal disambut dengan layar LCD superbesar. Ada video pendek yang diputar, kemudian layar membelah dan memberikan jalan kepada pengunjung untuk masuk ke museum.

Hal pertama yang bakal ditemukan pengguna adalah seksi yang menjelaskan penemuan listrik. Dari situ, penelitian soal listrik terus dilakukan hingga ilmuwan fisikawan Italia, Alessandro Volta, berhasil menciptakan baterai volta.

Atas jasanya, satuan beda potensial listrik dinamakan volt seperti yang dikenal hingga kini. Setelah adanya listrik dan baterai sebagai penyimpan energi listrik, Nikola Tesla menciptakan motor yang bisa mengubah elektromagnetik menjadi mekanik.

Baca juga: Sejarah Smartphone Layar Sentuh, Benarkah iPhone yang Pertama?

Di SIM, pengunjung bisa melihat display dan sejarah soal kemunculan teknologi yang mengubah dunia itu lewat layar interaktif yang bisa disentuh dengan tangan (touchscreen).

Sejarah penemuan baterai volta.KOMPAS/ Lulu C. Mahendra Sejarah penemuan baterai volta.
Dari situ, hidup manusia berubah. Sebab, hal itu mendorong kemunculan berbagai perangkat elektronik pertama yang bisa mempermudah kehidupan manusia. Misalnya, muncul radio, televisi, mesin cuci, vacuum cleaner, dan sebagainya.

Selanjutnya, pengunjung akan diajak keliling ke seksi "Core of Innovation". Di sini, pengunjung bisa melihat transformasi "otak" perangkat elektronik dari masa ke masa. Semula, alat elektronik memiliki "otak" dengan ukuran yang besar, tetapi kini otak perangkat elektronik sudah terintegrasi dengan ukuran yang kecil.

Pengunjung juga bisa menemukan deretan televisi yang disusun berdasarkan tahun kelahirannya. Dari sini, kita bisa melihat bahwa televisi sudah berevolusi sedemikian rupa, dari mulai televisi kotak hitam putih, televisi berwarna, televisi tabung dengan bodi yang besar, hingga kini memasuki era televisi datar dan lengkung yang punya kualitas gambar hingga 8K.

Evolusi televisi dari masa ke masa.KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto Evolusi televisi dari masa ke masa.
Di Samsung Innovation Museum, pengunjung juga bisa melihat evolusi telepon genggam atau yang kini sudah berevolusi menjadi ponsel pintar (smartphone).

Pengunjung bisa melihat rupa cikal bakal telepon, HP komersial pertama di dunia, display HP Samsung SH-100 (1988) yang merupakan HP pertama di Korea.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com