Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Bitcoin yang Pendirinya Masih Misterius hingga Saat Ini

Kompas.com - 27/04/2023, 11:30 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber Forbes

KOMPAS.com - Investasi aset uang kripto (cryptocurrency) cukup marak beberapa tahun belakangan ini. Salah satu mata uang paling populer dan kerap diincar berbagai investor adalah Bitcoin.

Bitcoin hadir pertama kali pada Januari 2009 dan mulai populer pada 2014 lalu. Walaupun nilai mata uang kripto ini terbilang cukup fluktuatif, jenis mata uang ini menjadi tren dan pilihan bagi transaksi di dunia internet.

Sebagaimana dikutip KompasTekno dari The Forbes, Bitcoin menjadi mata uang kripto pertama yang muncul, sebelum ada mata uang lain seperti Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), Tether (USDT), dan masih banyak lagi.

Kemunculan Bitcoin mulai terendus saat sosok bernama "Satoshi Nakamoto", yang diduga sebagai pendiri Bitcoin, meluncurkan 31.000 baris kode pemrograman dan mengumumkan hal tersebut lewat internet.

Meskipun nama Satoshi Nakamoto kerap diafiliasikan sebagai penemu Bitcoin, tetapi pendiri sebenarnya masih misterius hingga saat ini.

Konon, Satoshi Nakamoto adalah nama samaran dari ilmuwan komputer, David Kleiman yang mengaku sebagai penemu Bitcoin bersama temannya, Craight Wright.

Namun, sampai saat ini identitias keduanya dan apakah benar mereka penemu Bitcoin, masih belum bisa dipastikan dengan jelas.

Baca juga: Akademisi Sebut Bitcoin Tak Akan Bertahan Lama

Perkembangan Bitcoin

Eksistensi awal Bitcoin ditandai dengan 50 Bitcoin pertama di dunia yang berhasil diciptakan melalui sistem bernama “Genesis Block”. Nakamoto sendirilah yang menambang "Genesis Blok" dan mengumumkannya lewat internet.

Akan tetapi, setelah diperkenalkan ke publik, Bitcoin belum dikomersialkan atau belum diperdagangkan sama sekali. Jadi, sistem hanya “menambang” Bitcoin saja melalui perangkat lunak (software).

Ilustrasi bitcoin, aset kripto, cryptocurrency. PEXELS/WORLDSPECTRUM Ilustrasi bitcoin, aset kripto, cryptocurrency.

Bitcoin pada dasarnya tidak memiliki bentuk fisik, seperti koin, uang kertas, perah, ataupun emas. Bitcoin hanyalah mata uang digital yang dikendalikan sepenuhnya oleh perangkat lunak.

Setiap 10 menit, sistem Bitcoin saat ini dapat menghasilkan sejumlah unit Bitcoin ada satu node (perangkat yang dirancang khusus dan dilakukan secara kolektif) penambangan.

Namun, pada 2011, programmer asal Florida, Laszlo Hanyecz diduga menjadi orang pertama yang melakukan transaksi fisik pertama Bitcoin.

Kala itu, ia menggunakan 10.000 Bitcoin yang dibelinya untuk membeli pizza. Ia mengirimkan Bitcoin ke salah seorang relawan di Inggris dan memesan pizza serta membayarnya lewat kartu kredit.

Kisah lainnya, seorang pemuda bernama Gavin Andresen yang tinggal di New Englang membeli 10.000 Bitcoin dengan nilai 50 dollar AS (sekitar Rp 748.982, estimasi kurs hari ini Rp 14.979). Namun, setelah membelinya, ia membagikan Bitcoin tersebut melalui situs Bitcoin Facuet.

Dua kisah di atas sempat menjadi sorotan publik. Sebab, beberapa pihak menyayangkan hal tersebut dan berandai-andai jika keduanya mempertahankan Bitcoin tersebut sampai hari ini, mungkin harganya sudah lebih dari 100 juta dollar AS (Rp 1,48 triliun).

Di tahun yang sama, muncul pesaing baru dari Bitcoin yang bernama Namecoin dan Litecoin. Itu adalah dua mata uang kripto lain yang muncul setelah Bitcoin.

Walau harus bersaing dengan beberapa mata uang yang lain, Bitcoin masih tetap mempertahankan popularitasnya meskipun nilainya terus fluktuatif hingga saat ini.

Baca juga: Cara El Salvador Menambang Bitcoin, Pakai Tenaga Gunung Api

Kondisi Bitcoin sampai sekarang

Seperti yang disebut di atas, kondisi pergerakan nilai Bitcoin masih tergolong fluktuatif sampai saat ini. Pada 2017, nilai Bitcoin pernah tembus 10.000 dollar AS (Rp 149,9 juta) per kepingnya.

Kemudian, pada 2018, harga Bitcoin pernah turun sebesar 22 persen dari 6.400 dollar AS (Rp 95 jutaan) per koin menjadi 4.883,09 dollar AS (Rp 73 jutaan) per koin.

Melansir dari Investopedia, selama pandemi Covid-19 berlangsung, harga Bitcoin mulai mengalami kenaikan dan berada di angka 6.965,72 dollar AS (Rp 104 jutaan) di awal tahun 2020.

Per Desember 2020, harga mata uang tersebut tercatat 29.000 dollar AS (Rp 434,8 juta), naik 416 persen dari periode sebelumnya.

Harga Bitcoin terbaru menurut pantauan KompasTekno di Google Market, Rabu (26/4/2023), harga Bitcoin tembus sekitar Rp 422,125 juta per kepingnya.

Terlepas dari sifat investasinya yang begitu fluktuatif, mata uang kripto sudah lebih beragam dibanding sebelumnya dan kapitalisasi pasar kripto juga mengalami kenaikan.

Sejumlah perusahaan hingga pihak pemerintah pun mulai mengizinkan dan menerapkan kegiatan transaksi menggunakan mata uang kripto.

Baca juga: Republik Afrika Tengah Jadikan Bitcoin sebagai Mata Uang Resmi

Kendati investasi jenis ini cukup populer di beberapa kalangan, ada baiknya mengetahui seluk beluk dari prinsip investasi aset mata uang kripto terlebih dahulu.

Dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup, investor pemula bisa lebih mudah memahami kondisi dan situasi investasi kripto, serta dapat terhindari dari praktik penipuan yang tidak diinginkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com