Alphabet, perusahaan induk Google, misalnya, mencatatkan laba bersih 15 miliar dollar AS pada kuartal pertama 2023. Dalam pengumuman Selasa (26/4/2023), laba dari total pendapatan 70 miliar dollar AS itu melampaui proyeksi analis.
Sekalipun belum kembali ke pendapatan 150 miliar dollar AS pada 2021, ketika iklan masih deras masuk ke produk-produknya, Google disebut telah mendapat pijakan baru pendapatan dengan capaian di periode yang oleh analis diklaim sebagai masa paling menantang bagi Google.
Terlebih lagi, dalam tiga kuartal berturut-turut, pendapatan Google dari YouTube dilaporkan terus turun. Lini ini tertolong sedikit saja dari pertumbuhan waktu tonton YouTube Short yang kehadirannya dirancang untuk membendung serbuan TikTok.
Dari kompetitor, pendapatan Microsoft pada kuartal pertama 2023 pun menggembirakan investor. Pada periode tersebut, Microsoft membukukan laba 18,3 miliar dollar AS dari pendapatan 52,9 miliar dollar AS.
Microsoft lebih kasat mata mendapatkan pijakan laba dan pendapatan dari lompatan produk di lini AI dan komputasi awan (cloud). Pendapatan dari kedua lini itu diakui menambal penurunan cuan dari penjualan lisensi sistem operasi Windows yang berdekade-dekade jadi andalan.
Dari dua raksasa teknologi ini, Google lebih mendapat sorotan analis dan investor karena dianggap ketinggalan dari Microsoft yang sukses memviralkan ChatGPT. Microsoft bahkan sudah mengintegrasikan teknologi AI di balik ChatGPT itu ke mesin perambah Bing dan perangkat lunak perkantorannya (Microsoft Office).
Demi bertempur di medan perang kecerdasan buatan, Google telah mengatur ulang divisi AI-nya. Salah satu pengaturan baru itu adalah menempatkan Deep Mind, anak perusahaannya yang dikelola independen, ke divisi yang dinamai Google Brain.
Manuver dari Bing milik Microsoft yang dipersenjatai AI tampak serius bagi Google. Bos Google, Sundar Pichai, sampai menggelar tur bagi media Amerika Serikat. Ini peristiwa langka.
Lewat tur ini, Google seolah hendak mempertahankan klaim keunggulan sebagai pemimpin industri, mulai dari mesin pencarian, layanan peta, hingga kecerdasan buatan.
Maka, perluasan akses Bard yang ditempuh Google bisa jadi adalah bendera perang terbaru di antara kedua perusahaan melalui lini kecerdasan buatan. Tak hanya menentukan masa depan mereka, perang ini bisa jadi juga adalah lompatan baru teknologi yang sangat mungkin berdampak pula pada kemanusiaan bahkan peradaban.
Baca juga artikel lain di Kompas.com terkait kecerdasan buatan lewat kumpulan tulisan ber-tagging artificial intelligence di link ini.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.