Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Layanan “Direct to Cell” yang Akan Digelar Starlink?

Kompas.com - Diperbarui 10/06/2024, 08:20 WIB
Zulfikar Hardiansyah

Penulis

Tantangan berikutnya adalah masalah jarak dan kecepatan satelit. Untuk diketahui, satelit Starlink mengorbit sekitar 500 km di atas permukaan bumi dan bergerak dengan kecepatan 7,7 km per detik.

Kondisi itu bisa menyebabkan sinyal mengalami efek Doppler (perubahan frekuensi gelombang akibat pergerakan) dan penundaan waktu atau latensi. Hal ini tidak dialami jaringan terestrial karena menara BTS diam di tempat.

“Satelit harus menangkap sinyal yang sangat pelan dari ponsel Anda. Bayangkan saja, sinyal itu harus menempuh jarak 500 mil, dan kemudian ditangkap oleh satelit yang bergerak dengan kecepatan 17.000 mph. Satelit tersebut harus mengimbangi efek Doppler dari pergerakan sangat cepat," kata Musk dikutip dari ArsTechnica, Kamis (6/6/2024).

Untuk mengatasi tantangan ini, Starlink membuat satelit yang dapat berfungsi seperti menara BTS dengan peralihan atau pergerakan yang sangat mulus.

Agar beralih dengan mulus, Starlink merancang sistem yang mencakup ketinggian satelit, ukuran dan penempatan pancaran sinyal, sudut elevasi, serta jumlah satelit, yang memenuhi ambang batas untuk bisa menransmisikan sinyal pada spektrum jaringan 4G/LTE.

Selain itu, tantangan yang dihadapi Starlink dalam menyelenggarakan layanan Direct to Cell adalah kecepatan komunikasi. Saat awal diperkenalkan ke publik, Starlink di website resminya mengeklaim Direct to Cell menyediakan kecepatan antara 2 Mbps hingga 4 Mbps.

Akan tetapi, perusahaan tidak lagi menunjukkan ekspektasi kecepatan dari Direct to Cell. Di waktu yang berbeda, Elon Musk menegaskan kembali tantangan yang dihadapi dalam hal kecepatan Direct to Cell.

Musk mengatakan, kecepatan Direct to Cell Starlink tidak dapat menyaingi jaringan terestrial, meski jangkauan areanya lebih luas.

“Perhatikan, satelit ini hanya mendukung 7 Mb per beam (pancaran sinyal) dan beam-nya sangat besar, jadi meskipun ini merupakan solusi bagus untuk lokasi tanpa konektivitas seluler, namun tidak cukup bersaing dengan jaringan seluler terestrial yang ada,” kata Musk.

Uji coba Direct to Cell Starlink

Dengan tantangan yang ada, Starlink nyatanya berhasil melakukan uji coba komunikasi pesan teks melalui spektrum jaringan operator T-Mobile dan salah satu satelit Direct to Cell yang mengorbit di lapisan LEO. Uji coba dilakukan pada 8 Januari 2024.

“Pada hari Senin, 8 Januari, tim Starlink berhasil mengirim dan menerima pesan teks pertama kami menggunakan spektrum jaringan T-Mobile melalui salah satu satelit Direct to Cell baru kami yang diluncurkan enam hari sebelumnya," kata Starlink.

Pada uji coba itu, Starlink menggunakan dua iPhone (ponsel buatan Apple) untuk berkirim pesan teks atau SMS dengan menggunakan jaringan Direct to Cell.

Dalam uji coba yang dilakukan, kedua iPhone tersebut berhasil saling berkirim SMS yang di antaranya berisi pesan “Such Signal” dan “Much Wow”. Foto keberhasilan uji coba ini pun diunggah pada akun X SpaceX.

Starlink Direct to Cell tampaknya tidak akan langsung menyediakan layanan internet ke pengguna. Di tahun ini, Direct to Cell diekspektasikan bisa melayani layanan SMS. Kemudian, layanan suara dan data baru ditargetkan pada 2025.

Selain itu, di tahun 2025, Starlink Direct to Cell juga ditargetkan akan bisa melayani iOT (Internet of Things). Sejauh ini, Starlink Direct to Cell masih melakukan uji coba dan belum ke tahap penggunaan secara publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com