Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BTS Telkomsel Cegah "Penjajahan" Sinyal Malaysia

Kompas.com - 16/08/2015, 09:57 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

SEBATIK, KOMPAS.com - Telkomsel meresmikan BTS 3G miliknya di wilayah Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia, Sabtu (15/8/2015).

Selain berguna sebagai jalur akses internet bagi warga di sana, keberadaan BTS tersebut sekaligus sebagai penangkal sinyal dari operator telekomunikasi negeri Jiran.

Di pulau tersebut, Telkomsel memiliki total 16 site untuk meletakkan menara pemancar sinyal seluler. Mereka sudah memiliki 20 BTS 2G, sedangkan yang baru ditambahkan adalah 16 BTS 3G.

"Saat perayaan 70 tahun kemerdekaan Indonesia nanti, layanan internet di sini tidak beda dengan Jakarta. Buka YouTube nggak cuma muter-muter doang," terang Director Sales Telkomsel, Mas'ud Khamid di sela-sela peresmian Layanan Broadband di Sebatik,

Dia menambahkan, di masa yang akan datang tidak menutup kemungkinan memperbanyak BTS 3G di sana. Asalkan dalam perkembangannya nanti ada lebih banyak orang yang memanfaatkan internet cepat itu, atau memang ada permintaan khusus dari pemerintah serta TNI.

Dengan begitu luas dan beragamnya wilayah Indonesia, menurut Mas'ud, membangun infrastruktur di perbatasan itu bukan perkara mudah dan murah. Di Sebatik saja, operator pelat merah tersebut mendatangkan BTS Combat dalam kondisi utuh.

Mereka membawanya dari pelabuham Semarang melalui jalur laut. BTS yang sudah sampai kemudian diangkut lagi melalui jalur darat di sana. Setelah itu, masih ada listrik yang mesti dipastikan tersedia, baik dari suplai PLN maupun cadangan menggunakan generator bermesin diesel.

"Satu BTS itu membutuhkan (operasional) sekitar Rp 40 juta sebulan, itu gak di kota gak di desa rata-ratanya segitu," pungkas Mas'ud.

Dijajah tetangga

Pria berkacamata itu mengakui selama ini masyakat di kawasan perbatasan memang berpotensi "dijajah" sinyal operator telekomunikasi negara lain. Apalagi kalau jarak antara dua negara itu terbilang dekat, kurang dari lima kilometer.

Sebagai contoh, dapat dilihat pada beberapa wilayah Kabupaten Nunukan dan Pulau Sebatik. Warganya mengakui bahwa mereka bisa berkomunikasi menggunakan sinyal seluler dari operator Malaysia, seperti Maxis, Celcom atau Digi.

Warga bisa memasang kartu operator-operator luar negeri itu dan cukup berdiri di suatu tempat, misalnya pelabuhan yang menghadap ke Tawau, Malaysia, untuk bisa menangkap sinyalnya. Di sisi lain, warga juga merasa dirugikan karena biaya roaming dari negara tetangga itu bisa menguras pulsa.

Solusi untuk "penjajahan" sinyal itu, salah satunya adalah memperkuat sinyal milik operator Tanah Air. Telkomsel melakukannya dengan membangun sekitar 480 BTS di seluruh perbatasan Indonesia, dengan 36 BTS diantaranya ada di Sebatik.

"Kami pasang BTS ini, supaya tidak bocor lagi. Jarak tembak BTS itu sekitar 5 kilometer. Kalau jarak antar negaranya cuma dua kilometer, ya tembus. Di wilayah perbatasan lain juga begitu, ada sinyal kami yang tembus ke negara tetangga," jelas Mas'ud.

"Kami jaga kualitas sinyal kami di sini supaya tidak kalah dari operator luar. Begitu juga Maxis, menjaga supaya kualitasnya tidak kalah," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com