Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Penyiaran

Suara Pintar dari Radio Komunitas

Kompas.com - 08/06/2009, 15:20 WIB

Ruangan itu hanya berukuran 3 x 2 meter persegi, hanya dilengkapi peralatan sederhana berupa sebuah komputer, dan pemancar berkekuatan 50 Watt. Namun, di sinilah dilakukan beragam acara siaran radio yang menjadi pusat perhatian, pusat informasi lokal masyarakat Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Pusat perhatian itu adalah sebuah radio yang diberi nama Radio Komunitas Suara Kampung Pintar. Sejak berdiri pada 17 Agustus 2008, radio ini telah memiliki sedikitnya 200 pendengar setia yang tersebar di tujuh desa di Kecamatan Kajoran dan Salaman.

Setiap harinya, siaran dimulai sejak pukul 16.00 WIB hingga 23.00 WIB. Selama tujuh jam, ditampilkan empat hingga lima acara siaran. Diawali dengan permintaan lagu-lagu top hits masa kini, siaran agama, dan curhat ala anak muda yang diberi label Konco Kampung, acara akhirnya ditutup dengan unjuk bincang (talk show) yang diberi nama acara Pos Rondo Gulo Jowo (PRGJ).

Karena paling diminati pendengar, PRGJ akhirnya membuat jam tutup siaran yang resminya ditetapkan pukul 23.00 WIB, menjadi sekadar "formalitas" belaka. "Kalau pendengar masih asyik bertanya dan pembicara yang dihadirkan belum capai menjawab, maka PRGJ pun bisa terus berlanjut, terkadang hingga tengah malam," ujar M Ainur Rofiq (24), salah seorang penyiar dan pendiri Radio Suara Kampung Pintar.

Pembicara yang ditampilkan bisa dari kalangan apa saja, dokter puskesmas, pengusaha kerajinan yang sukses atau anak-anak kuliah yang kebetulan sedang melangsungkan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Sambak.

Dengan berlabel radio komunitas, Rofiq mengatakan, radio ini dibangun dengan sangat sederhana. "Modal pendirian radio kami ini adalah restu dan dana patungan dari para sesepuh serta tokoh masyarakat di Desa Sambak," ujarnya.

Awalnya, sebuah radio komunitas di Desa Sambak sempat berdiri pada tahun 2006. Dengan dipayungi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan Agro Wana Wisata (AWW), radio ini bertahan hingga tahun 2007. Namun, karena konflik dan ketidakcocokan antara pengurus LSM dan para pengelola radio, radio komunitas ini pun vakum selama sekitar 10 bulan.

Jera berada di bawah tekanan majikan, Rofiq dan dua temannya yang lain akhirnya memutuskan untuk kembali mendirikan radio ini kembali dengan konsep independen. Ide ini akhirnya mulai dilaksanakan pada Juni 2008. Sebagai persiapan, mereka pun mencoba berkeliling desa, meminta pendapat, mencari lokasi, berikut sumbangan dana dari warga.

Bangunan yang dipakai akhirnya adalah sebuah ruang dapur milik SMP Muhammadiyah Sambak yang sudah tidak terpakai lagi. Setelah terkumpul Rp 1,5 juta, mereka pun memulai siaran dengan sebuah pemancar kecil.

Dengan berlabel radio komunitas, M Aprianto, penyiar lainya, mengatakan, radio ini dibangun dengan konsep yang sangat sederhana dan jauh dari tujuan mencari keuntungan. "Kami hanya ingin membagi informasi, memberi pembelajaran, dan menggali potensi desa agar semakin dikenal oleh orang lain, paling tidak warga di desa tetangga," ujar Aprianto. (EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com