Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENGGANTI BENSIN

Bioetanol Generasi Kedua

Kompas.com - 27/04/2012, 03:38 WIB

Nawa Tunggal

Kalau bioetanol generasi pertama berbahan baku bahan pangan mengandung zat pati dan gula, bioetanol generasi kedua berbahan baku limbah hasil perkebunan, kehutanan, dan pertanian. Bioetanol generasi kedua siap menggantikan bensin yang merupakan sumber energi tidak terbarukan.

”Teknologinya menggunakan pemurnian selulosa. Selanjutnya menggunakan enzim untuk proses fermentasi yang menghasilkan bioetanol. Hasilnya diproses hingga memiliki tingkat kemurnian 99,5 persen untuk siap digunakan sebagai bahan bakar mesin,” ujar Agus Haryono, Koordinator Proyek Kerja Sama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Korea International Cooperation Agency (Koica) dalam pengembangan pabrik bioetanol generasi kedua, Kamis (26/4) di Jakarta.

Koica membantu dana setara Rp 30 miliar. Dana itu digunakan untuk membangun pabrik bioetanol di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan.

Selain itu, dana untuk membiayai tenaga ahli, baik dari Korea yang didatangkan ke Indonesia maupun tenaga ahli dari Indonesia, untuk studi banding ke Korea. ”Pabrik bioetanol di Puspiptek akan diresmikan 1 Mei 2012,” kata Agus.

Uji coba produksi pertama kali sudah dilakukan. Agus memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit dari perkebunan sawit di Malingping, Banten.

”Sebanyak 600 kilogram biomassa limbah sawit itu menghasilkan 27 liter bioetanol dengan kadar 99,9 persen,” kata Agus.

Efisiensi ditingkatkan

Biaya produksi bioetanol generasi kedua, menurut Agus, belum mampu bersaing meski harga bensin tidak disubsidi. Namun masih ada peluang untuk meningkatkan efisiensinya. ”Setelah pemurnian selulosa, efisiensi pada proses fermentasi dengan enzim berpeluang ditingkatkan untuk menghemat biaya produksi,” ujar Agus.

Proses fermentasi menghasilkan bioetanol dengan kadar enam persen. Artinya, kadar air pada bioetanol masih 94 persen.

Proses destilasi, yakni pemisahan air dan bioetanol, memakan banyak energi sehingga memerlukan modal besar. Efisiensi kinerja enzim perlu ditingkatkan sehingga kadar bioetanol dapat ditingkatkan jauh di atas enam persen.

Bahan bakar nabati terbagi antara biodiesel dan bioetanol. Biaya produksi keduanya saat ini belum mampu bersaing dengan harga bahan bakar konvensional dari fosil. Produksi biodiesel dari limbah kelapa sawit diperkirakan Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per liter. Biaya produksi bioetanol di atas biaya produksi biodiesel.

Agus mengatakan, produksi bioetanol harus dipersiapkan untuk jangka panjang. Pada suatu saat nanti, harga bahan bakar fosil akan makin mahal akibat ketersediaan makin tipis.

Di sisi lain, kelimpahan biomassa di Indonesia sebagai bahan baku sumber energi terbarukan di antaranya diolah menjadi bioetanol sangat tinggi. Data menunjukkan, potensi biomassa mampu membangkitkan energi listrik hingga 49.810 megawatt.

Saat ini diperkirakan pemanfaatan biomassa baru mampu memproduksi listrik 445 megawatt, kurang satu persen dari potensinya.

Tekanan dan penyerapan

Proses destilasi untuk memisahkan kandungan air pada bioetanol tidak mampu meningkatkan kadar bioetanol sampai 99,5 persen sesuai syarat menjadi bahan bakar nabati. Diperlukan pemberian tekanan dan penyerapan (pressure swing absorption/PSA) untuk meningkatkan kadar bioetanol secara optimal.

”Bioetanol banyak dihasilkan masyarakat hanya melalui proses destilasi, tidak sampai dengan PSA,” kata Agus.

Kadar air bioetanol memengaruhi proses pembakaran pada mesin. Kadar air di atas 0,5 persen bersifat korosif dan bisa mempercepat keausan mesin.

Menurut Agus, memproduksi bioetanol dipengaruhi jenis bahan bakunya. Bahan baku bioetanol generasi kedua yang paling bagus adalah ampas tebu.

Ampas tebu memiliki selulose tinggi dan masih memiliki kadar glukosa yang mempercepat proses fermentasi menghasilkan bioetanol.

Pilihan limbah industri kelapa sawit paling memungkinkan untuk berkelanjutan mengingat produksi kelapa sawit kian hari kian meningkat.

Bioetanol generasi kedua paling berpeluang diproduksi untuk mengurangi beban ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meskipun belum mampu bersaing, bioetanol makin memiliki prospek seiring dengan menipisnya cadangan minyak bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Game PlayStation 'Ghost of Tsushima Director's Cut' Kini Hadir di PC

Game PlayStation "Ghost of Tsushima Director's Cut" Kini Hadir di PC

Game
iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

Gadget
Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

e-Business
Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Internet
Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Gadget
Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

e-Business
Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Gadget
Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Gadget
5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

e-Business
Epic Games Gratiskan 'Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition', Cuma Seminggu

Epic Games Gratiskan "Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition", Cuma Seminggu

Game
Motorola Rilis Moto X50 Ultra, 'Kembaran' Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Motorola Rilis Moto X50 Ultra, "Kembaran" Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Gadget
Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

e-Business
Oppo A60 Resmi di Indonesia, HP 'Tahan Banting' Harga Rp 2 Jutaan

Oppo A60 Resmi di Indonesia, HP "Tahan Banting" Harga Rp 2 Jutaan

Gadget
Bos Nvidia Jensen Huang Makin Tajir berkat AI, Sekian Harta Kekayaannya

Bos Nvidia Jensen Huang Makin Tajir berkat AI, Sekian Harta Kekayaannya

e-Business
TWS Oppo Enco Air 4 Pro Meluncur, Baterai Awet 44 Jam

TWS Oppo Enco Air 4 Pro Meluncur, Baterai Awet 44 Jam

Gadget
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com