Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tampil Modis dengan Ruang Dengar Dinamis

Kompas.com - 20/02/2009, 21:28 WIB

SEJARAH baru dalam menikmati musik tercipta saat Sony meluncurkan produk Walkman di 1979. Melalui gadget ini, orang bisa menikmati musik kapan dan di mana saja. Sejarah baru pun kembali tercipta saat Apple Computer meluncurkan iPod, generasi baru pemutar musik digital di 2001.

Ryan (30), warga Pasir Koja, Bandung, merasa beruntung tinggal di masa modern sep erti sekarang yang dimanjakan dengan produk-produk teknologi macam iPod ini. Satu alasan sederhana mengapa dia begitu mencintai piranti musik digital ini. "Itu karena gue suka musik! Sejam saja tidak nempel (earphone ), rasanya ada yang hilang gimana gitu," tutur penggelut bisnis travel ini, Jumat (20/2) sore.

Ke mana pun dia pergi, iPod selalu menempel di sakunya. Jika disuruh memilih, ia lebih berani meninggalkan ponsel-nya di rumah ketimbang piranti musik mininya itu. Sebab, ke mana pun dan di mana pun, ia bisa mendapat banyak hiburan dari piranti itu. Mulai mendengarkan lagu-lagu Dewa Budjana bergenre Jazz kesukaannya, melihat foto-foto, hingga menonton film Blockbuster terbaru.

Ada satu hal kenikmatan lain yang diperolehnya dari iPod tetapi tidak bisa diukur secara materi, yaitu identitas dan kebanggaan! Ini tidak lain sebab IPod Classic berukuran dimensi 10,4 x 6,2 x 1,0 centimeter yang dipakainya saat itu adalah produk edisi terbatas ( limited edition). Piranti berdesain warna dominan merah dan hitam ini dilengkapi goresan tanda tangan empat personil U2 yaitu Bono, The Edge, Adam Clanton dan Larry Mullen Jr.  

Sebuah kebanggan bisa memiliki ini. iPod model ini sulit dicari, diperebutkan di mana-mana, ucapnya yang mengaku memperoleh IPod Class ic Limited Edition itu dari kolektor lainnya asal Cirebon melalui situs belanja kaskus.com. Ia pun memiliki empat iPod lainnya mulai dari tipe Mini, Shuffle, hingga Classic (Video) 80 Gegabit. Lagu-lagu yang disimpannya di piranti-piranti ini adalah hasil konversi dari keping cakram original. Alias, tidak ada bajakan!

Riva Amira (24), mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, sangat menyukai aktivitas lari pagi di kawasan Taman Lansia sambil mendengarkan iPod. Saat ditemui suatu hari, gadis berparas cantik ini tampil modis dengan celana training, atasan kaus ditutupi jaket jumper, earphone berwarna putih di telinga, dan iPod Limited Edition U2 di tangannya. Keberadaannya saat itu kerap menjadi pusat perhatian orang-orang di sekelilingnya.

Persepsi Autis

Senada dengan Riva, Alex Deden (25), pegawai swasta, juga kerap merasa risih terhadap persepsi sebagian orang-orang di sekitarnya saat tengah menikmati piranti yang berbahan metal itu. Mereka kerap dipersepsikan sebagai orang-orang autis - sulit untuk diajak bicara, terutama jika tengah asyik mendengarkan IPod dengan earphone -nya saat beraktivitas.

Itulah sisi negatifnya. Ya asalkan pintar-pintar menggunakannya, misalnya saat tidak berkendara, menurut saya tidak masalah, ucapnya. Dia mengakui, pemutar musik, khususnya iPod, yang hanya didengarkan di telinganya justru adalah simbol toleransi. "Bayangkan, jika kita memutar musik alternative atau heavymetal yang keras-keras saat di kantor, apa jadinya? Padahal, saat itu mood kita justru ingin memutarnya," ungkapnya.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com