Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kecelakaan Pesawat

Terlalu Naif Salahkan Ponsel

Kompas.com - 14/05/2012, 07:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum reda duka atas musibah pesawat Sukhoi Superjet 100, berbagai isu penyebab kecelakaan mendominasi dunia maya.

Yang memprihatinkan, isu itu justru menyalahkan para korban yang dituduh tetap mengaktifkan telepon seluler (ponsel). Padahal, saat terbang dengan ketinggian ribuan kaki, sangatlah sulit untuk bisa mendapatkan sinyal dari base transceiver station (BTS).

”Sebenarnya potensi sinyal bisa tertangkap di dalam pesawat sangat kecil. Memang masih ada kemungkinan, yaitu saat side lobe antenna direksional BTS teresterial berada di bawah pesawat atau karena pantulan sinyal di darat yang biasa disebut multipath fading signal. Itu pun hanya sesaat, kecuali saat pesawat tinggal landas dan mendarat,” kata Donny Meirantika, Customer Solution Manager Ericsson Indonesia, Minggu (13/5).

Praktisi bidang mobile broadband itu menjelaskan, sinyal yang tertangkap di dalam pesawat membahayakan atau tidak terhadap sistem navigasi pesawat masih menjadi perdebatan. Industri penerbangan hanya mengambil konsensus untuk aman.

”Memang ada potensi EM interference yang cenderung lebih tinggi dengan electronic equipment pesawat apabila sinyal masih bisa ditangkap di pesawat,” kata Donny.

Alasan lain, beberapa maskapai ingin menjual in flight phone services. Mereka tidak ingin bisnis tambahannya terganggu. Mereka memasang pico/nano BTS dalam pesawat. Ini lebih aman karena terdeteksi sebagai seluler tersendiri.

Dari pengalaman Kompas, penggunaan radio komunikasi berdaya besar oleh sebagian masyarakat bisa mengganggu jalur komunikasi penerbangan, baik yang menggunakan pita frekuensi HF (frekuensi tinggi) maupun VHF (frekuensi sangat tinggi).

Tentu saja frekuensi airband jauh di bawah pita frekuensi ponsel yang sebagian besar berada pita UHF (frekuensi ultratinggi), yaitu 800 MHz atau lebih tinggi. Sementara frekuensi VHF jauh di bawahnya. Spektrum maksimalnya masih 300 MHz.

Di sisi lain, Sukhoi sebagai pesawat modern tentu mengantisipasi hal ini. Apalagi rancangan SSJ 100 menggandeng vendor raksasa internasional, seperti Boeing, Thales, dan Liebherr.(AWE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com