”Ketika meluncurkan Aspire One yang pertama, kami selalu mendapat pertanyaan apakah netbook ini bisa diinstal sistem operasi Windows,” kata Munir Werlin, Manager Channel Development Dept Acer Indonesia, saat bertandang ke kantor Redaksi Kompas, pekan lalu, melukiskan keinginan pasar itu.
Secara fisik, keempat model Aspire One ini sebenarnya tidak ada bedanya, hanya pada baterai yang terlihat lebih besar. Penggunaan sistem operasi Windows mau tidak mau membuat produsen harus menanamkan hardisk lebih besar, penggunaan hardisk dan kerja sistem operasi Windows tidak saja lebih berat, tetapi juga lebih rakus dengan penggunaan daya listrik.
Pemakaian sistem operasi Linux sebenarnya lebih ideal, selain cepat dibuka, juga lebih hemat baterai dan tidak membutuhkan penyimpan yang begitu besar. Sementara aktivitas kantor bisa dikerjakan sama seperti pengguna Windows, hanya terkendala pada koneksi ke jaringan seluler.
Untuk Linux bisa menggunakan OpenOffice yang setara dengan Microsoft Office. Berkas-berkas tulisan melalui fitur Writer (serupa dengan Word) yang disimpan dalam ekstensi berkas doc (sama dengan ekstensi Word 95/97/2000/XP maupun Word 6.0), rtf, txt, html, xml.
Selain fungsi office lain, seperti Spreadsheets (seperti Excel), Presentations (untuk PowerPoint), termasuk fungsi Photo Master untuk membuka hasil potretan dari kamera digital, Media Master untuk menampilkan video dan musik digital.
Dengan demikian, pada versi pertama netbook hanya menggunakan hardisk jenis SSD berkapasitas 8 GB dan RAM 1 GB saja, tidak ubahnya seperti PDA biasa, Penambahan sistem operasi Windows XP terpaksa harus dilakukan penyesuaian dengan menambah hardisk sebesar 120 GB dan kemudian diperbesar menjadi 160 GB.
Pemahaman yang salah atas netbook dari sebagian besar pengguna juga merupakan salah satu penyebab tidak optimalnya penggunaan netbook versi perdana. Pengguna masih menganggap netbook sebagai notebook murah yang siap dijejali dengan berbagai macam program aplikasi yang sebagian besar memang berbasis Windows.
Penjejalan berbagai program aplikasi jelas akan membuat kinerja netbook akan semakin lambat. Akibatnya, fungsi mobilitas tidak lagi bisa seperti gagasan yang diharapkan semula dan tampaknya memang masih memerlukan edukasi sebelum fungsi netbook bisa seperti yang diharapkan semula.
Mendongkrak
Penggunaan sistem operasi Windows juga mendongkrak harga netbook ini hingga 50 persen, di mana pada versi awal keluar dengan harga kurang dari Rp 4 juta. Pada harga yang pertama hampir pasti akan membuat orang bimbang untuk membeli antara netbook dan ponsel PDA yang harganya lebih tinggi.