Dua remaja lelaki merampok toko binatu Aqualis Fabricare di Jalan Taman Aster Raya RT 05 RW 14 Perumahan Galaxy, Kelurahan Jakasetia, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Minggu (4/9) pukul 14.00.
Mereka merampok demi mendapatkan uang untuk memuaskan hasrat bermain
TC (18) dan NIA (19) adalah kedua remaja yang khilaf itu. Keduanya dibekuk polisi Minggu malam secara terpisah di Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. TC ditangkap di rumahnya di Perumahan Kemang Pratama 2 Blok ZZ sekitar pukul 20.00. NIA diciduk dari angkutan kota di Jalan Siliwangi (Narogong) sekitar pukul 22.00 saat menuju Terminal Bekasi untuk melarikan diri.
Menurut Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor
TC, siswa kelas III SLTA, kerap menghabiskan waktu bersama NIA di warung internet di kawasan Perumahan Kemang Pratama dari sore sampai pagi memainkan pelbagai program permainan. Kedua remaja ini sudah bersahabat sejak SMP.
Nyaris setiap hari keduanya sering menghabiskan waktu enam hingga sembilan jam di warung internet. Tarif warung internet Rp 3.000-Rp 5.000 per jam. Artinya, mereka bisa menghabiskan Rp 13.000-Rp 27.000 atau Rp 30.000-Rp 45.000 per hari. ”Uang saku tidak cukup,” tutur TC kepada penyidik.
Menurut Kasran, orangtua TC mengetahui anaknya sering pulang pagi. Keluarga juga
Kasran menduga kedua tersangka tidak punya cukup uang untuk bermain internet sepuasnya. Adapun NIA tidak sekolah dan belum bekerja sehingga setali tiga uang.
Pengakuan NIA, dia juga terinspirasi film-film laga perampokan untuk merencanakan dan melaksanakan perampokan. ”Kami yang merencanakan (perampokan),” katanya.
Perampokan itu terjadi saat Aqualis Fabricare dijaga seorang karyawati bernama Ivana Tiurlan (32). TC dan NIA memanfaatkan suasana sepi di Jalan Taman Aster Raya, berharap aksi mereka tak diketahui masyarakat.
Menurut Ivana, Minggu siang, kedua remaja itu mendatangi dirinya dan berpura-pura menanyakan apakah titipan pakaian yang ditaruh pada Jumat atau dua hari sebelumnya sudah siap diambil. Ketika ia mengecek pesanan dalam catatan, NIA mengeluarkan dan menodongkan pisau. ”Saya diancam mau dibunuh,” katanya.
Ia juga kemudian ditarik paksa dan diikat di belakang lemari pakaian. Ia tidak berkutik sebab ditodong NIA, sedangkan TC menguras isi laci berisi uang
Kedua remaja itu juga merampas dompet dan anting
Setelah perampok kabur dan berhasil melepaskan ikatan, Ivana segera melapor kepada petugas satuan pengamanan terdekat yang kemudian menghubungi Polsek Bekasi Selatan.
Dari olah tempat kejadian perkara dan pengakuan Ivana, diketahui tempat tinggal tersangka di Kemang Pratama.
”Setiap konsumen dicatat
Berdasarkan catatan itu, petugas mengintai rumah TC dan menjumpai sang kakak pada Minggu sore. Saat rumah didatangi, TC tak berada di tempat, sedang bersembunyi. Namun, sang kakak berhasil membujuk TC pulang. TC pun berhasil dibekuk.
Selanjutnya, karena mungkin terdesak, TC bersedia membantu polisi untuk berkomunikasi dengan NIA. Dari komunikasi per telepon itulah posisi NIA bisa diketahui dan akhirnya tertangkap.
Belajar dari kasus ini, semua orangtua perlu lebih memperhatikan benar aktivitas anaknya yang masih remaja dan menjalin komunikasi intensif sehingga kasus serupa tak banyak terjadi. (Ambrosius Harto Manumoyoso)