Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Pelanggan Dijual

Kompas.com - 05/10/2011, 04:45 WIB

Jakarta, Kompas - Pelaku pencurian pulsa telepon genggam diduga mendapatkan data pengguna telepon secara ilegal dengan biaya murah. Pelaku mengirimkan instruksi palsu yang sebenarnya memaksa pengguna nomor telepon seluler menjadi pelanggan pesan pendek premium.

Pelaku memberikan iming- iming promosi atau hadiah. Untuk mendapatkannya, pelanggan diharuskan menekan *xxx*yyy#.

”Dari modus yang digunakan, kemungkinan besar pelaku adalah pelaku kejahatan yang terorganisasi. Pelaku memiliki database nomor handphone aktif di Indonesia. Hanya dengan Rp 150.000, seseorang dapat membeli database yang berisi ribuan data valid seperti nama, alamat, dan nomor telepon,” kata pakar forensik digital, Ruby Z Alamsyah, melalui surat elektroniknya kepada Kompas, Selasa (4/10).

Menurut Ruby, pelaku menyediakan sistem atau SMS gateway yang dapat dibuat dengan modal kurang dari Rp 4 juta. Dari SMS gateway, disiapkan aplikasi yang dapat mengirimkan SMS dengan isi tertentu ke sejumlah nomor handphone yang ada dalam database mereka.

Sebagian besar mereka menggunakan nomor SIM card GSM yang memiliki layanan SMS gratis dalam jumlah tertentu, ratusan atau bahkan ribuan. Dengan menggunakan metode ini, pelaku dapat mengurangi biaya operasional mereka, misalnya dengan mengirimkan secara acak ke 1.000 nomor ponsel. Jika ada 5 persen sampai 10 persen yang menjadi korban, itu sudah sangat bagus hasilnya bagi pelaku.

Dari pendaftaran handphone ke SMS premium, pelaku bisa mendapatkan hasil sangat signifikan. Keuntungan ini berlangsung berhari-hari ataupun lebih tergantung sampai kapan korban sadar dan segera menonaktifkan layanan tersebut.

”Pelaku terdorong melakukan ini karena biaya operasional sangat kecil, sementara hasilnya jauh lebih besar,” kata Ruby.

Apalagi, saat ini di Indonesia ada lebih dari 150 juta pengguna nomor seluler sehingga potensi pencurian pulsa bisa lebih dari Rp 100 miliar per bulan.

Abaikan saja

Oleh sebab itu, Ruby meminta pengguna nomor seluler agar mengabaikan segala bentuk promosi yang datang dari nomor tidak dikenal ataupun nomor SMS premium. Jika perlu, pengguna melaporkan segera ke operator bila merasa dirugikan.

Sandra, warga Tangerang, memilih untuk membuang nomor ponsel miliknya lantaran pulsanya habis dengan sangat cepat. ”Baru isi Rp 20.000, eh besoknya sudah habis. Padahal, saya tidak pakai untuk telepon. Daripada pusing kehilangan pulsa, saya ganti kartunya,” kata Sandra.

Dia sempat mengisi ulang sekali lagi, tetapi kejadian serupa berulang. Karena tidak tahu cara untuk menghentikan penyedotan pulsa itu, dia memilih untuk mengganti nomor ponsel.

Wiraswasta ini juga mengaku heran dengan banyaknya SMS berisi iklan dan tawaran aneka rupa yang berderet-deret masuk ke ponselnya, bahkan ketika dia pertama kali mengaktifkan nomor ponsel baru.

Keluhan mengenai pencurian pulsa ini juga diterima Lingkar Studi Mahasiswa (Lisuma) Jakarta. ”Ada 418 pengaduan mengenai pencurian pulsa ini,” ujar Al Akbar Rahmadillah, Ketua Lisuma Jakarta.

Hingga Selasa, Akbar mengatakan, pihaknya belum mendapatkan respons langsung atas maraknya pengaduan penyedotan ponsel ini. Ia mengatakan, pihaknya akan membuka kembali layanan pengaduan sehubungan dengan penyedotan pulsa ini pada hari Rabu (5/10) pagi di depan kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika. (ART/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com