Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Kawat Berlarian di Perut Bu Noor (2)

Kompas.com - 08/07/2008, 08:04 WIB

UPAYA pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang pintar, sudah dilakukan Noorsyaidah untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Tetapi, tetap saja kawat-kawat yang tumbuh disekitar perut hingga bagian dadanya itu tak hilang.

Noorsyaidah bahkan telah melakukan pengobatan ke luar Kalimantan, tepatnya di sebuah rumah sakit terkenal di Surabaya, Jawa Timur. Namun, nasib baik tetap tidak berpihak kepada perempuan berusia 40 tahun ini karena setelah kawat dicabut dari tubuhnya, beberapa hari kemudian bermunculan lagi.

"Yang tertinggal hanya pasrah kepada Allah SWT," kata Noor dengan tabah saat ditemui pada Senin (7/7).

Untuk mengeluarkan kawat tersebut memang tidak mudah karena kawat sangat melekat erat di badannya. Noor bercerita, pernah suatu saat ia dibantu kakak kandungnya mencoba untuk mencabutnya sendiri, tetapi yang terjadi justru kawat tersebut masuk ke dalam tubuhnya dan beberapa saat kemudian muncul kembali di bagian badannya yang lain.

Kakak kandung Noor, Hj Siti Robiah, menceritakan, penah juga menyaksikan langsung operasi yang dilakukan oleh empat orang dokter spesialis bedah terhadap adiknya itu. Para dokter tersebut bahkan terpaksa menggunakan besi berani (magnet) agar kawat bisa ditemukan dalam tubuh Noor.

"Karena kawat-kawat itu tidak hanya yang bermunculan di tubuh Noor, tapi hasil rontgen memperlihatkan ada puluhan kawat lagi di dalam perut dan di dalam perut itu seperti hidup, bisa lari-lari atau berpindah tempat. Makanya, saat dibedah para dokter terpaksa menggunakan besi magnet agar besi kawat bisa ditemukan dan diambil. Dan itu tadi, setelah diangkat, kawat-kawat itu beberapa hari kemudian bermunculan lagi," kata Robiah.

Bentuk kawat yang tumbuh di badan Noor memang tak jauh berbeda dengan jenis kawat lainnya, besarnya seperti peniti berukuran besar. Saat Tirbun memegang salah satu kawat yang sempat dikoleksi Noor, kawat tersebut seperti kawat biasa mudah berkarat dan sudah berwarna kecoklatan. Panjangnya pun bervariasi, mulai dari 10 cm hingga yang sekitar 20 cm. Ada yang hanya satu sisi saja yang runcing dan lainnya kedua sisi runcing.

"Ya, seperti biasa kawat-kawat lainnya, tapi itu kalau sudah terjatuh dari badannya dia. Tapi, kalau yang melekat di badan bisa berubah-rubah warna, mulai dari hitam pekat, kuning, hingga kembali normal kecoklatan," tutur Robiah.

Ditambahkannya, adiknya itu sebenarnya orang yang cukup suka pergaulan sehingga mudah dikenal dan mengenal orang lain. Di tempat ia mengajar mengaji (TK Al-Quran Sengatta, Kutai Timur), Noor dikenal sebagai guru yang sangat dekat dan disenangi oleh murid-muridnya. Bahkan, saking dekatnya ia, semua murid TK-nya itu menangis jika sehari saja Noor tak berangkat mengajar.

"Dan, Alhamdulillah kendati muridnya itu terdiri atas anak-anak berusia sekitar 5 tahunan, mereka mengerti dengan penyakit yang diderita Noor. Jadi, tidak pernah sekali pun membebani Noor mengajar, bahkan mereka senang dengan metode yang diajarkan Noor," ujarnya.

Menurut pengakuan Robiah, sejak diberitakan, Senin (7/7), rupanya banyak orang ataupun lembaga tertentu yang berdatangan ke rumahnya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir. Baik yang berkepentingan untuk membantu maupun hanya melihat penyakit aneh yang diderita Noor. "Saya tidak tahu dari mana saja, tapi kami mohon maaf cukup hati-hati untuk mempertemukan Noor karena selain ada kekhawatiran lain, kami juga tidak ingin pemberitaan ini menjadi sesuatu yang dikomersilkan, tapi niat kami awal adalah supaya ada orang yang tergugah hatinya membantu kami untuk penyembuhan," ujarnya. (muh khaidir/bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com