Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan "Game" GTA Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 12/06/2009, 22:46 WIB

Oleh Indiwan Seto Wahju Wibowo

Membiarkan anak bermain "game" sendirian tak aman, apalagi bagi orang tua yang lebih banyak berada di luar rumah, demikian badan pemeringkat perangkat lunak permainan video mengingatkan.

Tidak semua game yang dimainkan anak-anak itu mendidik, bahkan ada game yang dikenal karena kekerasan dan tayangan "seks bebasnya", seperti "Grand Theft Auto" (GTA).

Game berlabel M, alias "mature" atau untuk usia di atas 17 tahun. Di  negara asalnya, game itu memang bukan ditujukan untuk anak-anak.

Game itu ditujukan kepada mereka yang berusia 17 tahun, atau orang yang sudah bisa membedakan yang baik mana dengan yang buruk dan menyadri GTA merupakan karya fiksi, bukan realitas yang layak dicontoh.

Presiden ESRB, badan pemeringkat perangkat lunak permainan video, Patricia Vance mengatakan, permainan itu biasanya diminati mereka yang berusia 30 tahun bukan para remaja, karena isinya memang tidak sesuai untuk remaja.

Menurut pendiri "National Institute On Media and The Family" David Walsh Phd,  GTA IV banyak berisi kekerasan, penuh pertumpahan darah, para tokohnya sering berbahasa kasar, dan memperlihatkan isi yang mengarah pada seks, agak memunculkan ketelanjangan, dan menampilkan secara terbuka penggunaan alkhohol dan minuman keras.

Persoalannya, apakah di Indonesia katagori game berlabel M ini bisa dipantau? Apakah  orang tua di Indonesia sadar  bahwa anaknya kurang cukup umur untuk menyaksikan bahkan memainkan tokoh-tokoh  yang aktif dalam "game" yang dikatagorikan oleh Softpedia (www.softpedia.com) dengan nilai  9,5  atau  terpuji itu "game" untuk dewasa?

Menurut  Patricia dan  David Walsh, organisasi mereka mendukung dan memberikan informasi kepada orang tua sebelum membeli   game yang berlabel M.

"Seharusnya orang tua mencari rating ESRB yang ada di kotak ’game’, yang menyediakan informasi apakah ’game’ ini sesuai dengan usia anaknya  atau tidak, karena rating ESRB sendiri sudah menjelaskan isi dari game tersebut secara rinci," ujar Patricia.

Kebanyakan di Amerika,  GTA memang diminati oleh  mereka yang berusia di atas 30 tahun, dan dalam banyak hal kurang cocok  bagi anak-anak  yang berusia di bawah 17 tahun.

Selain itu, GTA juga bermasalah di mana-mana. GTA  menjadi perhatian publik Inggris setelah seorang pria di Inggris kaget bukan kepalang ketika membeli "game" tersebut untuk anak tercintanya.

Setelah ia membuka box GTA ternyata ia menemukan empat butir ekstasi dalam kaset tersebut. Demikian dilansir Softpedia, Kamis, minggu lalu.

"Ketika saya membuka plastik bungkus ’game’ tersebut dan membukanya, saya kaget dan tak percaya mendapati empat buah ekstasi. Sulit dibayangkan jika dua anak saya yang menemukannya," ujar pria tersebut.

Setelah itu, pria tersebut langsung melaporkan temuannya kepada polisi untuk menyelidiki barang tersebut. Polisi langsung memeriksa dan meminta keterangan pemilik "GameStation", tempat pria tersebut membeli ’game’.

Pengelola "GameStation" itu menyatakan tak mengetahui ada pil ekstasi dalam produk yang dijualnya.

Efek agresivitas

Jauh  sebelumnya, distributor "game" asal Thailand menghentikan penjualan video game GTA setelah seorang remaja lokal mencoba melakukan perampokan dan mengamuk dengan meniru cara-cara di "video game" itu.

Remaja berumur 18 tahun tersebut sekarang berada dalam pengawasan ketat pihak berwenang.

Dia telah merampok seorang supir taksi dan mencuri mobilnya, serta menabrak pengemudi lainnya yang berumur 54 tahun.

Remaja tersebut mengungkapkan kepada polisi yang menangkapnya bahwa ia melakukan hal gila tersebut dikarenakan ia ingin mengetahui apakah merampok sebuah taksi di dunia nyata semudah merampok taksi di video.

Distributor "New Era Interactive" (NEI) telah menghentikan penjualan video game GTA, dan menurut laporan Reuters, outlet dan toko di Thailand mulai menarik keluar video GTA dari peredaran.

Tetapi tidak benar pihak NEI menarik semua serial GTA, serial terakhir yaitu "Grand Theft Auto: IV" tetap menjadi fokus utama perusahaan itu. GTA memang menarik, karena tampilannya yang seperti nyata.

Pada edisi awalnya,  "Grand Teft Auto versi  San Andreas", permainan itu tampak menyenangkan untuk dimainkan karena inovatif dan memberikan kebebasan pada pemainnya untuk bereksplorasi, termasuk kebebasan melakukan kekerasan.

Kekerasan dalam "game" tersebut dibuat seolah-olah sebagai suatu yang menyenangkan dan memberikan efek ketagihan. Semakin sering pemain melakukan kekerasan, semakin banyak kebrutalan yang bisa dimainkan.

Bukan hanya diizinkan mencuri mobil, menabrak polisi, atau melanggar aturan lalu-lintas, pada bagian bonusnya, sang pemain akan dihampiri oleh seorang gadis dan mereka akhirnya bisa pergi ke suatu tempat dan melakukan seks bebas.

Bagian itu yang kemudian dikeluhkan banyak orang tua, karena anak-anak akan melihat kegiatan dalam permainan itu sebagai sesuatu yang boleh dicontoh.

Itu sejalan dengan pernyataan pakar Albert Bandura, yang menyatakan, agresi sebagai efek komunikasi massa yang secara perlahan merasuk kedalam benak pikiran anak-anak.

Teori yang diangkat paka itu disebut sebagai teori belajar sosial yang relevan bila dikaitkan dengan pengaruh GTA  bagi perkembangan anak-anak.

Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang, termasuk anak-anak dan remaja, cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Dengan kata lain rangsangan, baik yang sifatnya verbal apalagi visual dari televisi dan "game", bisa menjadi teladan untuk perilaku anak-anak yang melihatnya.

Pakar ilmu komunikasi Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya "Psikologi Komunikasi" bahkan melihat bahwa teori itu menarik bila dikaitkan dengan konteks Indonesia.

Menurut dia, orang bisa belajar berbahasa yang baik, atau bahkan yang buruk, karena mengamati setiap hari acara televisi yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh yang mereka sukai.

Proses meniru terhadap tindakan agresif seperti itu yang bisa terjadi pada anak-anak yang sering memainkan GTA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com