Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

iPad, Revolusi, dan Seni Manufakturing

Kompas.com - 08/04/2010, 11:30 WIB

Oleh Ninok Leksono

Hari-hari ini, wacana seputar gadget tampaknya didominasi oleh mulai dijualnya perangkat terbaru dari Apple Inc, yakni iPad. Seperti disampaikan dalam laporan utama Newsweek edisi terakhir, Senin (5/4/2010), ”Apa yang hebat tentang iPad?”, jawabnya ternyata ”segalanya”. Inilah pertaruhan Steve Jobs, Chairman dan CEO Apple, untuk merevolusi bagaimana orang membaca, menonton, main game, bekerja dengan komputer (computing), serta aktivitas riset dan industri di Lembah Silikon.

Karena terkait urusan membaca dan penerbitan, edisi Newsweek ini juga mengetengahkan artikel tentang masa depan kertas dan tinta yang ditulis oleh Anna Quindlen.

Aneh memang. Sebelumnya sudah ada perangkat serupa iPad berupa sabak (tablet) elektronik. Namun, gaung dan penjualannya tidaklah segegap gempita karya terbaru Apple ini. iPad bahkan sempat disebut hampir menyerupai mitos. Di hari pertama penjualan melalui pemesanan, ia langsung terjual 120.000, lalu di hari pertama penjualan di toko, terjual 300.000. Berikutnya, firma riset iSuppli memperkirakan, penjualan iPad tahun ini bisa mencapai 7,1 juta dan lipat tiga menjadi 20,1 juta pada tahun 2012 (The Wall Street Journal/WSJ, Selasa 6/4).

Menarik gerbong

Optimisme akan lahirnya revolusi di berbagai bidang ini membuat industri teknologi informasi harus memilih, apakah akan fokus untuk ikut gerbong Apple atau berpihak pada pesaing-pesaingnya. Namun, tarikan Apple tampaknya begitu kuat sehingga baik untuk aplikasi perangkat lunak maupun komponen perangkat kerasnya iPad sudah menarik begitu banyak minat.

Pengembang perangkat lunak tampaknya akan dipaksa untuk bertahan mendukung Apple dengan adanya iPad. Masalahnya, kalau harus memecah sumber daya untuk mengikuti pesanan aplikasi dari perusahaan lain, selain akan memberi beban terlalu berat bagi programmer, mereka juga bisa kehilangan peluang dari meledaknya penjualan iPad.

Sejak meluncurkan Apple Store, Juli 2008, Apple telah menjadikan toko ini sebagai pasar virtual besar, dengan memiliki lebih dari 150.000 permainan, hiburan, dan aplikasi lain. Pasar milik pesaing terdekatnya, Google Inc, hanya memiliki sekitar 30.000 aplikasi (Yukari Iwatani Kane, WSJ, Selasa 6/4).

Lain lagi cerita di bidang perangkat keras. Begitu iPad muncul di pasar, perusahaan yang bisnisnya membongkar (disassembling) dan menganalisis perangkat keras elektronik segera mendapat ide tentang kemampuan (performance) dan ketahanan (durability) iPad. Sabtu pagi, begitu iPad bisa diperoleh di pasaran, perusahaan pembedah ”jeroan” gadget elektronik, seperti iFixit Inc dan UBM TechInsights, segera membongkar iPad dan mengkaji komponen-komponennya.

Upaya mereka, seperti dilaporkan Don Clark (WSJ, Selasa 6/4), juga dibantu dengan keluarnya foto yang dibuat Komisi Komunikasi Federal dan disiarkan melalui situs web-nya. Komisi ini bertugas mengkaji peralatan canggih untuk diketahui apakah berpotensi mengganggu alat lain secara elektromaknetik.

Dari apa yang disampaikan oleh Apple dan juga dari ”bedah produk” diketahui bahwa Ipad yang didesain dengan teknologi yang sebagian sudah digunakan pada iPhone dan iPod Touch ternyata menggunakan cip flash memory buatan Samsung, Korea Selatan, dan Toshiba, Jepang. Samsung tentu mendapat penghasilan besar dengan digunakannya cip produksinya pada iPad karena ini merupakan salah satu komponen yang paling mahal dari alat mutakhir ini. Bila cip memori dibuat perusahaan Korea, baterai iPad tampaknya dibuat perusahaan Hongkong, Amperex Technology Ltd.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com