Jika pemasang iklan meminta opsi khusus seperti menu panggilan atau SMS ke nomor tertentu (umpamanya ke customer service), termasuk pula keperluan survei maupun polling, BuzzCity menyediakan layanan ini.
Pada kenyataannya, model bisnis yang dilakukan pada layanan mobile ad memang memadukan antara bisnis iklan dan bisnis perangkat lunak (software). Perangkat telekomunikasi seperti ponsel (bahkan pula netbook, tablet PC, modem) dan jaringan seluler adalah “kendaraan”-nya (Jurnal “Business Models in the Emerging Context of Mobile Advertising”, Hanna Komulainen, dkk, 2004).
MEMANGKAS BIROKRASI
Dalam jurnal yang ditulis oleh para peneliti dan profesor Universitas Oulu, Finlandia ini, disebutkan bahwa penentuan model bisnis sangat beragam. Hal ini tergantung pada kebutuhan apa yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dengan berdasarkan pada target konsumen spesifik yang dibidik, jenis produk, dan posisi bisnis yang dijalankan dalam rantai bisnis itu sendiri.
Pihak pemasang iklan juga lebih mudah dalam melakukan eksekusi. Sangat berbeda dengan iklan tradisional di media cetak maupun tradisional yang melibatkan banyak pihak. Ada biro iklan, pihak produser dan pasca-produksi, dan lainnya.
Dengan mobile ad memangkas banyak jalur. Kreativitas tetap diperlukan, namun bukan dalam konteks penampilan dan estetika produk iklan. Iklan mobile membutuhkan kecerdasan dalam membuat formatnya, yang dikemas dalam tampilan pada layar yang mungil, dan tentu saja terbuka untuk terintegrasi dengan berbagai layanan dan interaktif. Oleh sebab itu, ketika bentuk iklan telah ditentukan, selanjutnya bagian pembuat software-lah yang meneruskan kreatif berikutnya.
MENCARI JALUR YANG TEPAT
Pada 2008, menurut catatan Strategy Analytics, jalur mobile ad yang paling besar adalah memanfaatkan web (termasuk WAP) untuk display yang mencapai 70 persen. Sementara SMS dan MMS hanya 10 persen saja. Lewat jalur aplikasi dan gim masing-masing hanya di angka 3 persen.