Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kreativitas Tanpa Batas Desainer Sekolah "Fashion Design"

Kompas.com - 23/05/2011, 16:08 WIB

KOMPAS.com - Sejumlah institusi pendidikan fashion design ambil bagian di ajang tahunan Jakarta Fashion & Food Festival 2011, Kelapa Gading. JFFF yang memasuki tahun ke delapan ini, konsisten memberikan ruang bagi talenta dari sekolah mode, maupun universitas negeri yang memiliki program tata busana. Di JFFF 2011, puluhan perancang busana dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Esmod Jakarta menampilkan koleksi fashion, dengan inovasi dan kreativitas tanpa batas.

Inovasi fashion dari UNJ
Sejumlah 76 desainer dari Program Studi Tata Busana PKK FT (Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik) UNJ, memamerkan koleksi fashion bertema "Coastal". Kekayaan alam di pesisir menjadi sumber inspirasi puluhan koleksi busana ready-to-wear persembahan siswa UNJ. Setiap siswa bebas bereksplorasi dengan ide dan inovasi. Salah satunya, Netty Itawaty Siby, mahasiswi penerima beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementrian Pendidikan Nasional untuk pengajar kursus tata busana.

Netty (55) merancang busana ready-to-wear untuk subtema coral reefs. Uniknya, Netty menampilkan koleksi inovatif menggunakan limbah brokat sebagai bahan dasar busana ready-to-wear, selain juga limbah brokat sebagai aksen. Satu karya tekstil monumental (teksmo) dihasilkan Netty selama dua bulan. Hasil akhirnya adalah luaran kombinasi kaftan dan ponco, dengan paduan warna cerah, dari potongan limbah brokat bentuk bunga.

"Teksmo ini diproduksi dengan biaya murah, namun membutuhkan waktu pengerjaan yang lama, sekitar dua bulan, dan melibatkan puluhan pekerja. Teksmo model paduan kaftan dan ponco ini terbuat dari potongan limbah brokat dari sisa pembuatan kebaya. Menggunakan bahan asli tile. Pengerjaannya sulit dengan detil. Mengumpulkan limbah brokat juga membutuhkan waktu, dari berbagai tempat, termasuk untuk menggunting potongan bunga dari limbah brokat tersebut. Proses pengerjaan dari tahap awal inilah yang akhirnya melibatkan lebih dari 30 orang," tutur Netty kepada Kompas Female seusai pagelaran busana Student Collection UNJ "Coastal" di Hotel Harris Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (21/5/2011) lalu.

Karya teksmo Netty ditaksir senilai Rp 12 juta seusai pagelaran busana. Namun pemilik lembaga kursus tata busana Monalita ini, tak berminat menjualnya. "Teksmo ready-to-wear ini akan disimpan sebagai kenangan berharga untuk Monalita," lanjutnya.

Bagi Netty, mencipta sesuatu yang berbeda dan baru penting dalam fashion. Karenanya, ia memilih pemanfaatan limbah jahitan untuk merancang busana ready-to-wear. Ke depan mahasiwi semester akhir di UNJ ini ingin mengembangkan fashion dengan pemanfaatan bahan limbah. "Limbah sisa jahitan baju, limbah potongan benang, bahkan sisa obrasan bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan busana siap pakai. Meski pembuatannya membutuhkan waktu dan teknik mendetil bahkan rumit, teksmo seperti ini bisa diproduksi untuk busana siap pakai," imbuhnya.

Esmod selalu tampil beda
Mengambil tema serupa seperti tahun lalu, sekolah mode Esmod Jakarta tampil dengan tema "Archipelago" di JFFF 2011. Sesuai motonya, Esmod memicu siswanya untuk menampilkan sesuatu yang berbeda di panggung fashion. Pesan ini diterima baik oleh siswanya. Pada panggung mode Student Collection Esmod "Archipelago", Sabtu (21/5/2011) lalu, tampil pertunjukkan menyegarkan.

Alumni Esmod dan mahasiswi tahun pertama berkolaborasi merancang aksesori unik. Adalah Intan Ayundavira (23), alumni Esmod lulus 2009 lalu, bersama desainer muda Andriani Evita (17), Fransisca Angelina (18), Liza Elvianto (19), yang menampilkan koleksi aksesori "Ancient Geometric". Membawa label File Collection, tiga siswi dan satu alumni Esmod ini memeragakan aksesori eksotik-elegan.

Unsur Yunani kuno kental hadir dalam desain aksesori dari tulang sapi, tambang, kayu, rantai. Kesan dinamis lahir dari permainan bentuk geometris pada pengolahan struktur kaca, rantai dan detil swarovski. Karakter eksotik dan elegan ditampilkan dari aksesori unik ini. Unik karena desain aksesori saling terkait, menyatu dari kalung hingga melilit pinggang.

"Desain aksesori ini memang diperuntukkan untuk kebutuhan pemotretan untuk majalah misalnya, jadi bukan ready-to-wear. Namun File Collection juga merancang aksesori siap pakai yang biasanya dipasarkan di bazaar atau Sunday market," jelas Evita seusai peragaan busana di Hotel Haris Kelapa Gading Jakarta.

Menurut Intan, aksesori menjadi pilihan karena belum membutuhkan pola detil dalam pembuatannya, dan lebih mudah untuk mengeksplorasinya, terutama bagi siswi tahun pertama. Intan memicu ide untuk kemudian dikembangkan Evita bersama dua rekannya. Tampil dengan sesuatu yang tidak biasa menjadi keharusan bagi pemelajar di Esmod, kata Intan.

File Collection sendiri merupakan label yang dibentuk Intan bersama tiga siswi Esmod yang magang di label fashion Ayunda Viraintan. Koleksi "Ancient Geometric" bukan produk pertama bagi File Collection. Sebelumnya empat perempuan muda ini juga merancang aksesori koleksi klasik-vintage. Di bawah bendera File, empat perempuan muda membagi peran. Intan sebagai Account Executive, Evita sebagai Fashion Designer, Fransisca sebagai Public Relations, Liza sebagai Creative Director. Inovasi fashion dipersiapkan dengan matang. Tak hanya konsep desain yang berbeda, namun bisnis fashion juga penting diperhatikan. Inilah kekhasan fashion dan industri mode dari Esmod.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com