Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Digital Insight Series

Menguasai "Audience" Unik di Ranah digital

Kompas.com - 07/07/2011, 12:46 WIB

KOMPAS.com - Social media terkadang menjadi sahabat, tetapi tak jarang juga menjadi momok bagi brand karena kebebasan berpendapatnya, memuja atau mencela. Dengan karakter tersebut, lalu bagaimana cara yang tepat dalam menangani akun social media brand atau company?

Bulan lalu saya mengikuti seminar Public Relations dan menemukan banyak praktisi PR yang belum bersahabat dengan social media. Kebanyakan masih 'belum percaya diri' menggunakan social media. Kenyataan bahwa dalam social media sulit membendung komentar user-lah yang membuatnya ditakuti. Sementara bagi yang jeli, justru berhasil memanfaatkan fungsinya untuk membentuk loyalitas.

Menurut saya, social media sebaiknya di-handle oleh tim public relations atau marketing communications. Alasannya simple, social media adalah salah satu metode komunikasi, sementara fungsi teknologi untuk memfasilitasi komunikasinya. Diperlukan strategi komunikasi untuk menyampaikan pesan agar tepat sasaran dan mampu membentuk relasi yang baik dan keterikatan dengan target audience, bukan sekedar broadcast, sales, atau komunikasi satu arah secara arogan.

Social media adalah public relations di dunia online. Komponen social media, baik social networks, blog, microblogging, website, podcast, milis, dan lainnya, menerapkan teknik writing, corporate communications, community relations, media relations, atau event management, yang tak lain adalah komponen dari Public Relations.

Disayangkan bila public relations menghindari social media, karena social media justru mengembalikan fungsi 'relations' pada public relations. Brand tidak hanya broadcast atau komunikasi satu arah, tetapi juga harus belajar mendengarkan. Di sini ditemukan insight, di sini terbangun 'relasi' dan keterikatan antara brand dengan target audience.

Conversation di social media tentang brand terjadi dengan atau tanpa adanya akun brand di situ. Ada evangelist (pemuja) yang secara sukarela mempromosikan brand ke jaringannya, tetapi ada pula detractor (pencela). Melalui social network, brand dapat merespon feedback dari audience dengan segera sebelum masalah membesar. Kesempatan bagi brand yang hadir di social media untuk meluruskan komentar negatif kepada publik, mengubah mereka yang complain menjadi puas dengan jawaban brand, dan sekaligus mengubah pencela menjadi evangelist melalui komunikasi yang menarik di social network.

Sebuah promosi penjualan di social media yang sukses adalah yang berhasil mengidentifikasi target audience-nya, menyediakan konten yang bermanfaat, dan siap terlibat dalam percakapan. Bila dilakukan dengan tepat, follower tidak hanya loyal, tetapi juga akan menjadi evangelist brand.

Yang unik dari social PR adalah interaksi dan tata cara bagaimana informasi disuguhkan. Di sini brand membudayakan komunikasi sharing dan mendengarkan feedback, seperti orang berbagi cerita. Di sini kita bicara human to human, bukan hanya ke target jualan. User social media adalah manusia yang memiliki berbagai karakter, bukan target yang bisa kita setir. Nah, bagi brand yang baru mendalami dunia digital atau ingin lebih menguasai dunianya, saya rasa IDBYTE adalah event yang tepat untuk mendapatkan berbagai ilmu dunia digital sebagai pembelajaran.

IDBYTE menampilkan perspektif dari berbagai industri digital terkemuka tentang bagaimana mengembangkan digital sebagai bagian integral dalam bisnis dan strategi komunikasi. Beberapa pembicara yang dihadirkan, antara lain, Michelle Guthrie JAPAC Director-Strategic Business Development dari Google, Javier Olivan-Head of International Growth dari Facebook, Clifford Rosenberg-Managing Director for LinkedIn in Australia and New Zealand, Damon Scarr Commercial Director for Yahoo, dan Ken Dean Lawadinata-Chief Executive Officer KASKUS Networks.

Mereka adalah orang-orang hebat yang berhasil menguasai dunia melalui digital. Manfaatkan event IDBYTE untuk mencari tahu bagaimana menciptakan relevansi dalam berinteraksi dengan audience yang unik di ranah digital supaya tidak tersesat di dunianya, sehingga brand tidak merasa rugi saat membelanjakan budget marketing di digital, tetapi justru membuktikan low budget high impact-nya.

Leonita Julian, Head of Public Relations di Dwi Sapta IMC, founder aksi sosial Indonesia Unite & Fresh Surabaya (Freedom of Sharing), juga aktif sebagai blogger leonisecret.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com