Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi di Papua Memanas

Kompas.com - 25/10/2011, 05:33 WIB

Jayapura, Kompas - Situasi politik dan keamanan di Papua memanas. Setelah penembakan dan aksi massa di PT Freeport Indonesia dan pembubaran Kongres Rakyat Papua III, Senin (24/10), Kapolsek Kota Mulia Ajun Komisaris Dominggus Otto Awes tewas diserang dan ditembak.

Peristiwa itu terjadi di areal Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, sekitar pukul 11.30. Dominggus tewas dengan dua luka tembak. ”Tembakan mengenai hidung dan tembus sampai kepala bagian belakang,” kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Jakarta, Senin.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Wachyono, saat itu Dominggus tengah memantau kegiatan di Bandara Mulia. Kala itu Dominggus tidak ditemani oleh rekan atau anak buahnya. Posisi Dominggus berada di depan sebuah pesawat milik operator penerbangan perintis Mission Aviation Fellowship (MAF) yang parkir di seberang kantor bandara.

Tiba-tiba saja ia dihampiri dua orang yang langsung mengeroyoknya. Dominggus pun jatuh telentang, dan saat itu pelaku merampas senjatanya. Seorang pengeroyok mengarahkan senjata itu ke kepala Dominggus dan lalu menembakkannya dua kali. Dua pelaku itu kemudian melarikan diri ke arah perbukitan di sisi utara landasan.

Dominggus segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Puncak Jaya, tetapi nyawanya tidak tertolong. Polisi masih mengejar pelaku. Jenazah Dominggus direncanakan diterbangkan ke Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa pagi.

Dua pelaku penembakan tersebut, menurut Anton Bachrul Alam, diduga merupakan anggota kelompok separatis. Aparat kepolisian bekerja sama dengan aparat TNI memburu para pelaku ke hutan. ”Polri telah meminta bantuan TNI untuk mengejar mereka,” kata Anton.

Kedua pelaku kini menjadi target operasi. Polisi juga masih mendalami kasus itu dengan meminta keterangan para saksi yang melihat penembakan tersebut.

Penembakan itu mengingatkan kembali kasus serupa yang terjadi pada paruh akhir Juni lalu. Saat itu, lima orang tak dikenal mengeroyok Brigadir Satu M Yazin, anggota Kepolisian Pengawasan Pelabuhan dan Penyeberangan Udara Bandara Mulia. Pistol milik M Yazin dirampas. Salah satu perampas menembakkan pistol itu ke arah M Yazin. Meskipun terluka parah, M Yazin dapat diselamatkan.

Sebelumnya, akhir Mei lalu, anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Kaman Nurjaman, ditembak seseorang ketika melintas di depan Pasar Distrik Ilu, Puncak Jaya.

Situasi Papua akhir-akhir ini makin memanas. Konflik, kerusuhan massa, kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata, aksi-aksi penyerangan, dan sejumlah penembakan kerap terjadi. Bahkan, dalam satu bulan belakangan ini, kekerasan tersebut kian meningkat eskalasinya.

Tanggal 10 Oktober lalu terjadi bentrok antara polisi dan pekerja di kawasan PT Freeport Indonesia (PT FI) yang menewaskan satu orang, tiga mobil terbakar, dan sejumlah orang luka-luka. Empat hari kemudian, 14 Oktober lalu, terjadi penembakan di areal PT FI di Mil 37-40 (Kilometer 59,2-64), yang menewaskan tiga orang.

Tanggal 19 Oktober lalu, sekitar 200 peserta Kongres Rakyat Papua III ditangkap. Kongres yang telah berlangsung tiga hari di Lapangan Sepak Bola Zakheus, Abepura, itu juga dibubarkan karena dinilai makar.

Indikasi makar, ujar Kapolres Kota Jayapura Ajun Komisaris Besar Imam Setiawan saat itu, adanya deklarasi Negara Federasi Papua Barat dan strukturnya. Dua hari kemudian, Jumat lalu, tiga orang tewas ditembak di Timika, Kabupaten Mimika, oleh kelompok orang tidak dikenal di lokasi pendulangan emas.

Datangi Komisi I DPR

Kemarin, warga dan karyawan PT FI yang tinggal di daerah Tembagapura, Kuala Kencana, dan Timika, mendatangi Komisi I DPR. ”Sekarang ini sangat perlu pengembalian kondisi keamanan,” kata Linda Siregar, wakil warga. Dalam pertemuan itu, Linda menuturkan kondisi Tembagapura dan Timika sejak 2009 yang selalu dihantui rasa cemas karena banyak ancaman kekerasan, bahkan pembunuhan. Pekerja PT FI bahkan diharuskan mengenakan jaket dan topi antipeluru.

Warga juga menuntut pengungkapan kasus-kasus pembunuhan yang terjadi sejak 2009. ”Suami saya dibunuh dengan cara tidak manusiawi, tapi sudah dua tahun pembunuhnya belum terungkap juga,” tutur Linda.

Agus Maufu, wakil warga lainnya, juga mengeluhkan lambannya aparat keamanan dalam mengusut kasus-kasus pembunuhan di Papua.

Karena itu, warga meminta DPR membantu memulihkan situasi keamanan di Papua. Pasalnya, warga juga ingin kembali hidup tenang dan bebas dari ancaman pembunuhan.

Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang mengatakan, Komisi I akan memanggil Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto untuk meminta penjelasan.

Anggota Komisi I dari Fraksi Partai Demokrat, Roy Suryo, juga mendesak polisi untuk mengusut tuntas kasus-kasus penembakan, termasuk kasus penembakan Jumat lalu, yang juga menewaskan paman Roy Suryo, Aloysius Margana.

Seharusnya kasus-kasus penembakan itu, ujar anggota Komisi I dari Partai Kebangkitan Bangsa, Lily Wahid, bisa diungkap dengan cepat. Lily menduga, ada sesuatu yang sengaja disembunyikan sehingga penanganan kasus penembakan tak pernah terselesaikan dengan baik.

Secara terpisah, anggota Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth, mengatakan, eskalasi kekerasan dalam beberapa hari terakhir secara umum menunjukkan siklus kekerasan di Papua belum terputus.

Elisabeth yang menjadi salah satu penyusun buku Papua Road Map mengatakan, ”Harus ada strategi baru memutus kekerasan itu. Tidak lagi dengan pendekatan selama ini, seperti penempatan pasukan yang berlebihan.”

(JOS/BIL/NTA/FER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com