Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penipuan Makin Canggih, Asia Kehilangan 1 Miliar Dollar per Tahun

Kompas.com - 29/03/2012, 09:11 WIB

KOMPAS.com - Sektor telekomunikasi dan perbankan disebut sebagai industri yang paling sering mengalami penipuan. Kerugian akibat penipuan di Asia bisa mencapai 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9 triliun setiap tahunnya.

Perusahaan Progress Software yang berbasis di Amerika Serikat menyatakan, sektor perbankan dan telekomunikasi paling menjadi target penipuan yang semuanya dilakukan dengan bantuan teknologi informasi yang canggih.

"Penipuan telah menjadi masalah 1 miliar dollar AS di Asia," kata Giles Nelson, Deputy Chief Technology Officer Progress Software.

Pendeteksian penipuan itu dilakukan Progress Software menggunakan sebuah software khusus yang mampu mendeteksi penipuan dan manajemen proses.

Untuk sektor perbankan, ada banyak cara penipuan seperti menggelapkan kartu kredit atau menyalin data kartu, masalah keamanan dalam internet banking, atau mencuri data kartu kredit.

Bank terbesar di Asia Tenggara, DBS Group Holdings, baru-baru ini terkena kasus penarikan uang dari kartu ATM dan debit dalam jumlah besar dari rekening yang tidak sah.

Sedangkan dalam sektor telekomunikasi, di Indonesia sendiri sedang ramai kasus pencurian pulsa. Hingga saat ini, kasus pencurian pulsa masih diproses oleh regulator dan pemerintah.

Nelson mengatakan, regulator harus mengambil langkah lebih cepat dan menggunakan teknologi yang lebih canggih pula untuk menangkap para pelakunya.

"Anda perlu menggunakan Ferrari agar bisa menangkap Ferrari. Karena selama ini regulator hanya mengejarnya dengan sepeda," tegasnya.

Nelson memberi solusi cara menguak masalah-masalah penipuan itu. Menurutnya, sosial media menjadi alat yang bisa digunakan untuk memberi informasi kepada masyarakat terkait penipuan.

Hal ini relevan dengan kasus pencurian pulsa di Indonesia. Pencurian pulsa sudah lama terjadi di Indonesia, namun gaungnya baru terdengar belakangan ini karena diperkuat oleh keikutsertaan masyarakat membicarakan kasus tersebut di jejaring sosial macam Twitter dan Facebook.

Semakin sering sebuah isu dibicarakan, makin kuat juga keinginan masyarakat untuk memberantasnya.

Sayangnya, lanjut Nelson, tidak semua pengusaha mau mengungkapkan keberadaan aksi penipuan yang menimpa perusahaannya. Ketakutan turunnya reputasi perusahaan menjadi penyebab utama.

Jika saja perusahaan berani melaporkan tindak-tindak penipuan, hal ini sebenarnya memberi kesan bahwa mereka tidak tinggal diam atas aksi penipuan yang merugikan pelanggannya, serta membuktikan bahwa perusahaan peduli dengan masalah keamanan.

Sebaliknya, jika tidak dibongkar, maka perusahaan akan terus jadi target penipuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com