Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keamanan Pemakaian Ponsel di Lingkungan Kerja Dipertanyakan

Kompas.com - 01/06/2012, 13:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan besar kini sudah banyak mempersilahkan karyawannya untuk menggunakan perangkat bergerak (mobile) dalam bekerja. Meski demikian, keamanan perangkat mobile tersebut masih dipertanyakan.

Director Systems Engineering Asia South Region Symantec, Raymond Goh menjelaskan perangkat mobile kini semakin marak digunakan karena mendukung kepraktisan dalam bekerja.

"Masalahnya, jika tidak hati-hati dalam menggunakan perangkat mobile tersebut, maka penjahat cyber bisa memanfaatkan akses ke perusahaan si pemilik perangkat mobile," ungkap Goh selepas State of Mobility Survey Indonesia Result Symantec di Hotel Le Meridien Jakarta, Kamis (31/5/2012).

Pencurian data tersebut bisa dilakukan karena masing-masing perangkat mobile memiliki akses ke perusahaan. Data yang diakses bisa berupa data perusahaan, data akun bank hingga kata sandi (password) data tertentu.

Bahkan, meski masing-masing perangkat atau masing-masing platform (baik iOS, Android atau BlackBerry) sudah memiliki tingkat keamanan tertentu, pengguna harus waspada terhadap keamanan masing-masing perangkat mobile-nya.

"Apalagi tingkat adopsi perangkat bergerak di Indonesia juga cukup besar yaitu sekitar 59 persen. Artinya perangkat mobile telah berhasil diterima oleh umum," tambahnya.

Dengan memakai perangkat bergerak, maka perusahaan kecil maupun besar diharapkan dapat meningkatkan kecepatan bisnis, meningkatkan produktivitas dan sekaligus efektivitas karyawan.

Dari hasil survei Symantec, ada sekitar 71 persen perusahaan dari sekitar 150 perusahaan yang disurvei yang telah menerapkan aplikasi perangkat bergerak. Serta satu dari tiga perusahaan saat ini juga telah mengimplementasikan aplikasi perangkat bergerak biasa.

Namun dari penerapan perangkat bergerak dalam menunjang bekerja ini justru menimbulkan tantangan. Sekitar 41 persen dari total responden menjelaskan bahwa perangkat bergerak menjadi satu dari resiko teknologi informasi terbesar mereka.

"Menyikapi tantangan tersebut, perusahaan harus siap dalam menyeimbangkan antara keuntungan memakai perangkat bergerak sekaligus resiko yang akan dihadapi," jelasnya.

Ada biaya insiden keamanan

Karena penggunaan perangkat mobile sudah semakin masif, maka tren keamanan perangkat mobile juga dipertaruhkan. Apalagi perangkat mobile ini juga bisa langsung digunakan untuk mengakses data penting perusahaan.

Imbasnya, perusahaan akan memiliki biaya tahunan rata-rata dari insiden perangkat mobile tersebut. Besaran biaya tahunan ini meliputi kehilangan data, kehilangan nama baik, kerugian produksi dan hilangnya kepercayaan pelanggan.

Biaya insiden tahunan ini berbeda per negara. Jika UKM global akan menghabiskan biaya kerugian sebesar 126.000 dollar AS, untuk enterprise global sebesar 429.000 dollar AS, untuk wilayah Latin Amerika sebesar 385.000 dollar AS, Jepang dan Asia Pasifik 199.000 dollar AS serta Indonesia sendiri sekitar 185.000 dollar AS.

"Setiap kerugian negara tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain. Kita juga tidak membuat urutan peringkat biaya per negara, tapi masing-masing negara tersebut memiliki faktor resiko yang berbeda," tambahnya.

Saran Symantec, masing-masing perusahaan harus sadar tentang tingkat keamanan perangkat mobile yang digunakan karyawannya. Perusahaan juga harus berinvestasi terhadap teknologi, khususnya tingkat keamanan per pengguna (misalnya penggunaan kata kunci ganda), tingkat pengetahuan masing-masing pengguna dan regulasi tingkat keamanan perangkat mobile

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com