Yosefa menjelaskan, minimnya stok darah itu antara lain dipengaruhi kendala operasionalisasi PMI Ende, khususnya dalam menjaring relawan donor. Alokasi dana dari APBD untuk PMI Ende relatif minim, sebagaimana tahun 2011 cuma Rp 25 juta, dan tahun 2012 ini sebesar Rp 75 juta. Dana tersebut hanya cukup untuk membeli kebutuhan rutin seperti kantong darah, reagen, gel test, dan honor petugas PMI.
Padahal, kebutuhan operasional relatif besar, termasuk untuk makanan ekstra bagi donor (telur, kacang hijau, susu, dan vitamin). Tak kalah penting adalah sosialisasi menjaring relawan donor. Dana APBD yang dikucurkan sebesar Rp 75 juta tak cukup untuk kegiatan sosialisasi.
Di Solo, Jateng, persediaan darah di PMI Cabang Solo aman hingga H+7 Lebaran. Stok darah saat ini mencapai 2.980 kantong. Kebutuhan selama puasa dan Lebaran mencapai 3.000-3.500 kantong.
Humas PMI Cabang Solo Riki Mirzam mengatakan, hal itu tercapai karena pihaknya mengatur ulang jadwal donor tetap, terutama organisasi yang anggotanya sebagian besar non-Muslim.
Jadwal donor mereka didekatkan dengan bulan puasa. Untuk organisasi Muslim jadwal donor juga dibuat setelah shalat Tarawih. Dengan stok penyangga ini, PMI Solo mampu memenuhi kebutuhan darah hingga H+7 Lebaran, sepanjang tak ada permintaan darah dari PMI cabang kota lain.