Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KISRUH BUMI

Bakrie, Samin Tan, dan Rothschild

Kompas.com - 03/10/2012, 13:52 WIB

ASEAN Mining Development Segregated Portfolio, seperti dalam penjelasan laporan keuangan Berau Coal 2011, adalah sebuah dana investasi dengan target akuisisi pertambangan batubara dan aset yang berkaitan dengan batubara. Termasuk juga, teknologi ramah lingkungan dengan aplikasi komersial pada pertambangan di ASEAN.

Pada 30 September 2011,  Berau menetapkan bahwa nilai wajar dari transaksinya itu menurun menjadi  55 juta dollar AS. Selisih kerugian itu kemudian mereka catatkan sebagai rugi penurunan nilai.

Hingga berita ini diturunkan, tidak ada penjelasan lagi dari pihak Bumi Plc mengenai apa sebenarnya yang terjadi. Amir Sambodo, Direktur Non Eksekutif Bumi Plc yang coba dihubungi KONTAN, mengaku tidak punya kewenangan untuk berbicara. Sementara Sony Harsono, Direktur Non Eksekutif Bumi Plc yang juga disambangi KONTAN di kantornya mengelak untuk dimintai konfirmasi. Asal tahu saja, kedua orang non executive director ini membawahi komite audit Bumi Plc.

Sementara Ari Hudaya yang dihubungi KONTAN menolak berkomentar. Ia pun enggan menjelaskan alasannya mundur dari posisi direktur non eksekutif Bumi Plc.

Siapa bermain api?

Lantas, siapa yang bermain api dalam kasus Bumi Plc ini? Bumi Resources punya versi mereka sendiri. “Situasi saat ini tidak menguntungkan dan merupakan isu internal antara beberapa pemegang saham yang memutuskan untuk membukanya keluar,” ujar Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resources, kepada Bloomberg.

Lebih jauh, Dileep menuding, kejadian ini merupakan upaya untuk merusak nilai yang melekat pada bisnis Bumi Resources dengan cara menciptakan persoalan internal dan membocorkannya kepada publik. Sayang, Dileep tidak menyebut jelas siapa pihak yang dia maksud dan motifnya.

Namun, jika menengok setahun ke belakang, bisa jadi ini adalah konflik antara kubu Bakrie dan Nathaniel Rothschild. Merujuk pemberitaan Financial Times, pada November 2011, Nathaniel Rothschild, pemilik 11 persen saham Bumi Plc sekaligus mitra kongsian Grup Bakrie, sempat menulis surat kepada Ari Hudaya. Isinya kurang lebih mempertanyakan penempatan dana investasi Bumi Resources di sejumlah pihak yang terafiliasi, yakni Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau, senilai kurang lebih 867 juta dollar AS.

Rothschild menginginkan agar dana itu dicairkan untuk membayar sejumlah kewajiban Bumi Resources kepada para krediturnya. Tujuannya tentu agar beban bunga utang Bumi Resources berkurang. Ia juga menginginkan Bumi Resources melakukan pembenahan keuangan yang radikal.

Tak terdengar kabar tanggapan dari pihak Bumi. Belakangan, pada Desember 2011, Bakrie justru menggandeng Samin Tan masuk ke Bumi Plc. Samin Tan, kala itu meminjam dana  1 miliar dollar AS kepada Standard Chartered dengan bunga 5,6 persen plus LIBOR. Jangka waktu pinjaman adalah selama 5 tahun.

Samin Tan pun lantas diangkat menjadi Chairman Bumi Plc menggantikan Indra Bakrie, yang menjadi Co-Chairman. Adapun, Rothschild yang sebelumnya menjabat Co-Chairman didepak ke posisi direktur non eksekutif. Muncul spekulasi, Rothschild sakit hati.

Belakangan, muncul spekulasi bahwa Samin Tan juga marah lantaran investasinya di Bumi Plc yang semula  1 miliar dollar AS sudah anjlok menjadi 140 jutaan dollar AS hanya dalam waktu sembilan bulan. “Ia sangat marah pada Bakrie, seperti Anda marah jika Anda meminjam 1 miliar dollar AS untuk berinvestasi dan sekarang menjadi kacau,” tulis Reuters mengutip sumbernya.

Namun, kepada KONTAN, Samin Tan menegaskan, ia tak memiliki niat bertindak usil kepada Grup Bakrie. “Saya sudah sejak tahun 1997 berkenalan dengan Nirwan Bakrie dan menjadi teman akrab. Di mana logikanya, saya berbuat demikian?” ujarnya.

Adakah pertempuran antar para juragan? Apa pun yang terjadi, investor ritel yang biasanya paling menderita. ( Asih Kirana Wardani, Anastasia Lilin Y, Teddy Gumilar, Yuwono Triatmodjo/Kontan)

Ikuti Artikel Terkait Lainnya pada Topik KISRUH BUMI

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com