Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KETEGANGAN KOREA

Korsel Ancam Serang Petinggi Korut

Kompas.com - 07/03/2013, 03:13 WIB

SEOUL, RABU - Militer Korea Selatan bereaksi keras dengan mengancam akan melancarkan serangan mematikan langsung ke pemimpin tertinggi Korea Utara jika negeri itu berani mewujudkan ancamannya.

Pernyataan keras itu dilontarkan salah satu jenderal tertinggi Korea Selatan (Korsel), Jenderal Kim Yong-hyun, Selasa (5/3). Kim adalah Direktur Jenderal Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel.

”Jika Korut (Korea Utara) benar-benar mewujudkan provokasi mereka sehingga membahayakan nyawa dan keselamatan warga Korsel, kami tak akan ragu melancarkan serangan balasan dengan sangat keras,” ujar Kim.

”Kami punya banyak persiapan untuk menjatuhkan hukuman yang tegas dan menentukan, tak hanya kepada sumber serangan, tetapi juga terhadap elemen komando tertinggi mereka,” tutur Kim.

Sehari sebelumnya, salah satu jenderal Korut, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi pemerintah di Pyongyang, mengancam akan membatalkan perjanjian gencatan senjata dengan Korsel.

Perang Korea 1950-1953 hanya diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata. Belum ada traktat perdamaian resmi di antara dua negara di Semenanjung Korea tersebut.

Menurut pihak Korut, Korsel lebih dulu melanggar gencatan senjata itu dengan terus menggelar latihan militer gabungan bersama AS. Latihan terbaru digelar sejak 1 Maret lalu hingga 30 April mendatang.

Ancaman Korut itu dilontarkan saat Dewan Keamanan PBB di New York bersiap meloloskan resolusi berisi sanksi baru terhadap negara komunis itu. Sanksi itu diberikan atas uji coba roket jarak jauh dan tes senjata nuklir ketiganya, beberapa waktu lalu.

Lebih besar

Korut saat ini diyakini tengah mempersiapkan latihan perang yang lebih besar, termasuk menguji coba sistem peluru kendali jarak menengahnya.

Persiapan latihan perang itu semakin terlihat ketika otoritas Korut melarang aktivitas penerbangan dan pelayaran di lepas pantainya, seperti diwartakan kantor berita Korsel, Yonhap.

”Militer Korut tengah menyiapkan sejumlah latihan perang gabungan skala menengah. Oleh karena itu, mereka memblokade kawasan laut dan udaranya dalam jarak jangkauan tembak rudal dan pesawat tempurnya,” tulis Yonhap, mengutip seorang sumber di pemerintahan Korsel.

Meski demikian, kepastian tentang rencana Korut tersebut belum bisa dikonfirmasi, baik oleh Kementerian Pertahanan maupun Angkatan Bersenjata Korsel.

Mereka hanya menyebut memang ada kemungkinan negeri komunis serba tertutup itu akan menggelar latihan perang yang jauh lebih besar dari biasanya.

Kantor berita Jepang, Kyodo News, memberitakan, warga Pyongyang sibuk menutupi bus dan mobil mereka dengan jaring kamuflase militer. Kegiatan itu disebut-sebut sebagai persiapan warga Korut dalam menghadapi kemungkinan serangan militer atau perang.

Jarang diwujudkan

Selama ini dipahami, Korut dikenal sering mengobral ancaman-ancaman seram, tetapi jarang diwujudkan. Meski demikian, dalam beberapa kesempatan, Korut nekat melakukan aksi mematikan.

Pasukan Korut dituduh menenggelamkan satu kapal perang Korsel, yang menewaskan 46 personel Angkatan Laut Korsel, tahun 2010.

Selain itu, Korut juga membombardir Pulau Yeonpyeong di Korsel, yang menewaskan dua warga sipil, pada November 2010.

Saat serangan ke Yeonpyeong itu terjadi, Pemerintah Korsel dikecam keras karena dinilai lambat merespons. Sejak itu, mereka membuat kebijakan baru yang memungkinkan pasukan darat Korsel merespons seketika serangan terjadi.(REUTERS/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com