Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reska K. Nistanto

Wartawan teknologi dan pehobi dunia penerbangan.

kolom

Memahami Keputusan Pilot yang Batalkan Pendaratan di Bandara Soetta

Kompas.com - 22/06/2017, 15:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Deliusno

Catatan seorang penumpang pesawat Garuda Indonesia GA425 di media sosial, soal manuver go-around yang dilakukan pilot saat hendak mendarat di bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (18/6/2017) lalu, viral dan jadi bahan perbincangan yang hangat di tengah pelaku industri penerbangan.

Setidaknya, ada dua catatan yang ingin saya sampaikan soal fenomena ini, yakni soal manuver go-around itu sendiri dan fenomena membagi "pengalaman tak menyenangkan" saat terbang tanpa informasi yang komprehensif.

Pertama soal go-around. Seperti tersurat dari namanya, go-around adalah manuver untuk memutar kembali yang dilakukan oleh pilot saat hendak mendarat di suatu landasan. Manuver ini aman, pilot dilatih untuk melakukannya.

Mengapa harus melakukan go-around? Banyak alasan yang membuat pilot memutuskan melakukan go-around, seperti approach (fase mendekat ke landasan) yang tidak stabil, bisa jadi kurang lurus dengan landasan, pesawat terlalu tinggi/rendah, windshear (faktor cuaca), wake turbulence dari pesawat di depannya, masalah teknis, dan sebagainya.

Baca: Pesawat Qatar Dilarang ke Arab Saudi, Nasib Penumpang Indonesia?

Bisa pula disebabkan oleh masih adanya traffic (pesawat lain) yang berada di landasan. Alasan terakhir inilah yang spesifik ingin saya bahas di sini.

Pihak ATC bandara Soekarno-Hatta sendiri telah menjelaskan, sejatinya go-around yang dilakukan oleh GA425 diakibatkan oleh pesawat Sriwijaya Air SJ580 yang membatalkan proses takeoff.

Karena batal takeoff, maka SJ580 butuh waktu lebih lama di runway untuk keluar landasan. GA425 yang sudah mengantre mendarat di belakang SJ580 yang hendak takeoff, harus memutar sekali lagi karena runway belum kosong.

Semua itu dilakukan dengan komunikasi penuh dan koordinasi antara pilot GA425, SJ580, dan pihak ATC bandara Soekarno-Hatta. Pilot SJ580 menginformasikan membatalkan takeoff, ATC memberi instruksi, dan pilot GA425 melakukan manuver go-around.

Anda bisa membaca penjelasan Corporate Secretary AirNav Indonesia, Didiet KS Radityo, di tautan berita berikut ini.

Koreografi yang terganggu

Proses takeoff dan landing di suatu bandara itu ibaratnya sebuah koreografi. Pesawat sudah ditata berurutan sedemikian rupa saat memasuki ruang udara dekat dengan landasan. Ada jarak separasi antar pesawat yang diatur oleh ATC.

Di bandara Soekarno-Hatta sendiri dengan alat bantu navigasi yang dimiliki saat ini, separasi antar pesawat yang mengantre landing sekitar 5-6 nautical mil. ATC masih bisa menyisipkan satu pesawat untuk takeoff di sela-sela kedua pesawat yang landing itu.

Di bandara-bandara lain yang alat bantu navigasinya lebih canggih, jarak separasi antar pesawat ini bisa separuhnya, hingga 3 nautical mil.

Anda bisa melihat sibuknya bandara London Heathrow, dengan separasi antar pesawat yang begitu dekat di video timelapse berikut ini.

Halaman:
Baca tentang



Terkini Lainnya

Game 'GTA 6' Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game "GTA 6" Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game
Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Software
Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5'S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5"S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Gadget
Game PlayStation 'Ghost of Tsushima Director's Cut' Kini Hadir di PC

Game PlayStation "Ghost of Tsushima Director's Cut" Kini Hadir di PC

Game
iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

Gadget
Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

e-Business
Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Internet
Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Gadget
Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

e-Business
Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Gadget
Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Gadget
5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

e-Business
Epic Games Gratiskan 'Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition', Cuma Seminggu

Epic Games Gratiskan "Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition", Cuma Seminggu

Game
Motorola Rilis Moto X50 Ultra, 'Kembaran' Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Motorola Rilis Moto X50 Ultra, "Kembaran" Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Gadget
Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com