Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Bos-bos Perusahaan di Dunia Khawatir soal Risiko AI

Kompas.com - 19/01/2024, 07:00 WIB
Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini sedang naik daun. Hampir setiap perusahaan ingin ikut serta mengadopsi teknologi kecerdasan buatan generatif (artificial intelligence/AI).

Berbagai perusahaan itu tampak optimis soal AI generatif (GenAI), yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan konten secara otomatis seperti teks, gambar, dan audio.

Kendati begitu, rupanya bos-bos perusahaan di dunia juga khawatir soal risiko yang dihasilkan AI. Hal ini terungkap dalam survei yang diterbitkan oleh firma konsultasi PricewaterhouseCoopers (PwC) pada 15 Januari 2024.

Survei ini mewawancarai lebih dari 4.700 eksekutif perusahaan global, sebanyak 231 di antaranya berasal dari Amerika Serikat.

Survei PwC ini menanyakan bagaimana cara para petinggi perusahaan teknologi itu mengubah model bisnis, untuk terus menciptakan nilai guna bagi pelanggan dan karyawannya.

Kebanyakan CEO perusahaan itu sepakat akan potensi AI generatif untuk bisnis. Akan tetapi, sebanyak 77 persen di antaranya setuju bahwa AI berpotensi meningkatkan risiko peretasan keamanan siber.

Baca juga: Microsoft Rilis Langganan AI Copilot Pro, Harga seperti ChatGPT Plus

Teknologi AI sendiri bisa disalahgunakan untuk membuat kode berbahaya yang mampu menghindari deteksi sistem keamanan perusahaan. Peretasan ini mempunyai banyak dampak negatif, misalnya kebocoran data perusahaan, karyawan, dan juga kliennya.

Menurut data dari perusahaan teknologi IBM, kerugian rata-rata global akibat peretasan data pada tahun 2023 mencapai 4,45 juta dollar AS (setara Rp 69 miliar). Angka ini disebut meningkat 15 persen dibanding tiga tahun sebelumnya.

Setelah isu peretasan keamanan, sebanyak 63 persen responden survei juga khawatir akan isu misinformasi di perusahaan. Misinformasi itu sendiri adalah pemberian informasi yang tidak akurat.

Berikutnya, sebanyak 55 persen responden khawatir akan pelanggaran hukum dan kerusakan reputasi yang bisa dihasilkan AI generatif.

Menanggapi hal ini, PwC mencatat bahwa CEO perusahaan mesti memastikan siapa yang dipercaya menggunakan teknologi AI di kantor. Pihak tersebut harus menggunakan kecerdasan buatan secara bertanggung jawab.

"Mendapatkan kepercayaan bisa menjadi peluang untuk membedakan perusahaan Anda. Tanamkan hal tersebut ke dalam cara Anda mengukur keberhasilan bisnis," tulis PwC sebagaimana dikutip KompasTekno dari VentureBeat, Jumat (19/1/2024).

"Perusahaan harus menerapkan solusi yang tepat untuk situasi yang dihadapi, kemudian menggunakan data, kebijakan, dan pengawasan tepat untuk mencapai hasil relevan. Hal tersebut memerlukan pendekatan seluruh perusahaan dan serangkaian praktik yang tepercaya," imbuhnya.

Bakal mengubah perusahaan

Bicara soal potensi AI dalam lingkungan bisnis, sebanyak 58 persen responden survei PwC memperkirakan AI generatif bakal meningkatkan kualitas produk mereka dalam 12 bulan ke depan.

Sementara itu, sebanyak 70 persen eksekutif sepakat bahwa AI generatif akan mengubah secara signifikan cara perusahaan membuat, menyampaikan, dan menangkap nilai dalam jangka panjang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Game 'GTA 6' Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game "GTA 6" Dipastikan Meluncur September-November 2025

Game
Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Instagram Vs Instagram Lite, Apa Saja Perbedaannya?

Software
Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5'S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Menjajal Langsung Huawei MatePad 11.5"S PaperMatte Edition, Tablet yang Tipis dan Ringkas

Gadget
Game PlayStation 'Ghost of Tsushima Director's Cut' Kini Hadir di PC

Game PlayStation "Ghost of Tsushima Director's Cut" Kini Hadir di PC

Game
iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

iPhone dan iPad Bakal Bisa Dikendalikan dengan Pandangan Mata

Gadget
Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

Daftar Harga Gift TikTok Terbaru 2024 dari Termurah hingga Termahal

e-Business
Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Membandingkan Harga Internet Starlink dengan ISP Lokal IndiHome, Biznet, dan First Media

Internet
Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Smartphone Oppo A60 Dipakai untuk Belah Durian Utuh, Kuat?

Gadget
Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Banyak Interaksi dengan Karyawan

e-Business
Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Smartphone Meizu 21 Note Meluncur dengan Flyme AIOS, Software AI Buatan Meizu

Gadget
Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Advan Rilis X-Play, Konsol Game Pesaing Steam Deck dan ROG Ally

Gadget
5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

5 Besar Vendor Smartphone Indonesia Kuartal I-2024 Versi IDC, Oppo Memimpin

e-Business
Epic Games Gratiskan 'Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition', Cuma Seminggu

Epic Games Gratiskan "Dragon Age Inquisition - Game of the Year Edition", Cuma Seminggu

Game
Motorola Rilis Moto X50 Ultra, 'Kembaran' Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Motorola Rilis Moto X50 Ultra, "Kembaran" Edge 50 Ultra Unggulkan Kamera

Gadget
Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

Merger XL Axiata dan Smartfren Kian Menguat, Seberapa Besar Entitas Barunya?

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com