Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

kolom

Apa dan Bagaimana Hadapi Ransomware? (Bagian II-Habis)

Kompas.com - 02/07/2024, 11:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELUM menjelaskan bagaimananya, penulis merasa perlu mencatat pernyataan Ketua Umum IDPRO (Asosiasi Data Center Indonesia) Hendra Suryakusuma yang menyatakan, dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), Pusat Data 8799, data center yang dikelola Kemenkominfo seharusnya paling tidak berada di tier-3 dengan kapasitas uptime sebesar 99,982 persen.

Artinya downtime hanya boleh 1,6 jam per tahun. Kalau lebih dari itu, maka sudah sangat tidak wajar, dan sekarang ini memang sudah terjadi kemoloran.

Maka, ada efek kegagalan yang signifikan dalam manajemen maupun dalam sistem keseluruhan yang sama-sama harus diinvestigasi.

Baca artikel sebelumnya: Apa dan Bagaimana Hadapi Ransomware? (Bagian I)

Sementara itu, seperti yang kita ketahui, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyatakan bahwa layanan imigrasi saat ini dipindahkan ke server cloud di AWS (Amazon Web Service), sebagai solusi darurat, meskipun belum ada target sampai kapan penggunaan AWS untuk layanan imigrasi ini.

Penggunaan cloud dapat menjadi salah satu solusi darurat menghadapi bencana-bencana seperti ini. Namun perlu diperhatikan kembali bahwa cloud bukanlah segalanya.

Pada Juni 2023, produsen mobil Toyota mengatakan sekitar 260.000 data pelanggan terekspos secara online karena adanya salah konfigurasi pada layanan cloud yang digunakan. Belum lagi adanya beberapa data breach pada cloud.

Salah satu kasus yang tidak dapat dilupakan, yaitu kebocoran data Facebook pada 2019 yang mengungkap lebih dari 540 juta catatan pengguna Facebook di bucket Amazon Web Services (AWS) S3 yang dapat diakses publik.

Selain masalah security, tentu saja biaya menjadi salah satu masalah besar dalam penggunaan cloud. Beberapa perusahaan bahkan melakukan cloud repatriation di mana perusahaan kembali beralih ke on-premise karena masalah cost di lingkungan cloud.

Pada 2016, Dropbox memutuskan untuk melakukan cloud repatriation dari AWS dan menggunakan infrastrukturnya sendiri.

Dropbox melaporkan, gross margin meningkat dari 33 persen menjadi 67 persen antara 2015–2017, karena mengalihkan workload dari public cloud (AWS) ke infrastruktur in-house dan colocation yang lebih murah.

Kasus lainnya, yaitu ketika 37signals, Perusahaan web software di US, memutuskan untuk memindahkan dua produk utamanya dari Cloud ke On Premises setelah menganalisis bahwa kedua produk tersebut dalam kondisi yang tidak cocok untuk menggunakan cloud.

Bahkan pada awal 2023, perusahaan memindahkan beberapa aplikasi kecil dari cloud dan membangun tools sendiri.

Hasil kalkulasi terbaru menunjukkan, perusahaan dapat menghemat sekitar 7 juta dollar AS untuk biaya server selama 5 tahun, tanpa mengubah jumlah ops team perusahaan.

Semua kasus security dan besarnya biaya dalam penggunaan cloud nampaknya harus menjadi perhatian pemerintah ke depannya. Hal ini menyatakan bahwa benar cloud dapat digunakan sebagai solusi darurat seperti sekarang ini, di mana kecepatan dibutuhkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com