Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah di Silicon Valley Tak Punya Tingkatan dan PR

Kompas.com - 26/12/2016, 15:20 WIB

KOMPAS.com - Silicon Valley dikenal sebagai jantung teknologi Amerika Serikat (AS). Di sana, banyak perusahaan teknologi inovatif dan perusahaan rintisan digital (startup) berkantor.

Namun, siapa sangka di kawasan ini juga merupakan tempat kelahiran SD dan SMP swasta yang tidak menggunakan konsep pendidikan tradisional, salah satunya adalah Khan Lab School.

Khan Lab School memetik pengalaman dari masa lalu untuk mencari cara belajar mengajar baru untuk mempersiapkan para siswa menghadapi masa depan.

Tidak ada tingkatan dan pekerjaan rumah

Mishal Junaid, 12 tahun, berada di sekolah lebih lama dibandingkan pegawai kantor pada umumnya. Tapi dia sangat menikmatinya.

"Setiap saya bangun pagi, saya selalu semangat untuk pergi ke sekolah. Tidak seperti sekolah saya sebelumnya, dulu saya selalu ingin tidur dan tidak mau ke sekolah," ujarnya seperti dikutip KompasTekno dari VOA Indonesia, Senin (26/12/2016).

Ini cukup mengejutkan orangtuanya, Junaid Qurashi.

"Saya sampai heran, kok anak-anak setiap pulang sekolah selalu bahagia. Apakah mereka benar-benar mempelajari sesuatu?" katanya.

Junaid dan teman-teman sekolahnya, usia 5 sampai 15 tahun, mengenyam pendidikan di sekolah eksperimental Khan Lab School. Sekolah itu buka dari pukul 8.30 pagi sampai 6 sore, tidak ada tingkatan dan tidak ada pekerjaan rumah (PR).

Seorang siswa bernama Holly Thompson menjelaskan, "Kami boleh memilih apa yang ingin dipelajari. Jadi bukan hanya guru memberi lembaran kerja dan menyuruh kami mengerjakan. Kami bisa membuat daftar yang ingin dicapai sendiri, dan ada jadwalnya. Kami juga mengikuti pelajaran di berbagai macam kelas berbeda."

Model pembelajaran yang efektif

Sekolah itu adalah gagasan dari Salman Khan. Dia adalah pendiri Khan Academy yang terkenal dengan video-video edukasi gratis yang digunakan jutaan orang di seluruh dunia. Khan mengatakan dia memulai Khan Lab School karena menganggap sistem pendidikan sekarang ini kurang baik dan ingin menciptakan model pembelajaran lebih efektif.

"Saya melihat arah masa depan dengan melihat masa lalu. Ada banyak manfaat dari sekolah satu ruangan yang mungkin sekarang masih ada di beberapa wilayah pedesaan, dimana para siswa dari beragam usia berkumpul dalam satu kelas."

"Manfaatnya adalah siswa yang lebih tua bisa mengemban tanggung jawab dan memberi bimbingan kepada yang lebih muda. Siswa lebih muda dapat panduan dari lebih banyak orang, yaitu guru dan siswa lain," jelasnya

Khan mengatakan para siswa juga mempelajari mata pelajaran sesuai kemampuan masing-masing lewat video dan mendapat lebih banyak perhatian dari guru lewat dialog langsung daripada memberi pelajaran di depan kelas. Mereka juga belajar dengan melakukan proyek.

Para pendidik di sekolah itu mengatakan cara belajar seperti ini lebih efektif untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Elon Musk Resmikan Internet Satelit Starlink di Indonesia

Elon Musk Resmikan Internet Satelit Starlink di Indonesia

Internet
Telkomsel Hadirkan Aneka Layanan dan Paket Khusus Haji

Telkomsel Hadirkan Aneka Layanan dan Paket Khusus Haji

Internet
Saingi AMD, Nvidia dan MediaTek Dikabarkan Bikin Chip Konsol Game

Saingi AMD, Nvidia dan MediaTek Dikabarkan Bikin Chip Konsol Game

Hardware
Cara Menjadwalkan Ulang dan Membatalkan Rapat di Google Meet

Cara Menjadwalkan Ulang dan Membatalkan Rapat di Google Meet

Software
Apa Itu Ambient Mode di YouTube dan Cara Mengaktifkannya?

Apa Itu Ambient Mode di YouTube dan Cara Mengaktifkannya?

Software
Komparasi: Samsung Galaxy S24 Vs Samsung Galaxy S24 Plus

Komparasi: Samsung Galaxy S24 Vs Samsung Galaxy S24 Plus

Gadget
Telkomsat Gandeng Starlink untuk Hadirkan Layanan Enterprise di Indonesia

Telkomsat Gandeng Starlink untuk Hadirkan Layanan Enterprise di Indonesia

e-Business
Cara Membagi Layar Laptop Menjadi 2 di Macbook dengan Mudah dan Praktis

Cara Membagi Layar Laptop Menjadi 2 di Macbook dengan Mudah dan Praktis

Software
Foto WhatsApp Tidak Ada di Galeri, Begini Cara Mengatasinya

Foto WhatsApp Tidak Ada di Galeri, Begini Cara Mengatasinya

Internet
Cara Melihat Status WhatsApp Tanpa Diketahui dengan Mudah dan Praktis

Cara Melihat Status WhatsApp Tanpa Diketahui dengan Mudah dan Praktis

e-Business
Samsung Sindir Iklan Apple iPad Pro: Kreativitas Tak Bisa Dihancurin

Samsung Sindir Iklan Apple iPad Pro: Kreativitas Tak Bisa Dihancurin

e-Business
Microsoft Bikin Controller Xbox Khusus Penyandang Disabilitas, Bisa Dicopot dan Disusun Sesuai Kebutuhan

Microsoft Bikin Controller Xbox Khusus Penyandang Disabilitas, Bisa Dicopot dan Disusun Sesuai Kebutuhan

Game
Elon Musk Tiba di Bali untuk Resmikan Starlink di Indonesia

Elon Musk Tiba di Bali untuk Resmikan Starlink di Indonesia

e-Business
Cara Membuat Tulisan Bergaris Bawah di WhatsApp dengan Mudah dan Praktis

Cara Membuat Tulisan Bergaris Bawah di WhatsApp dengan Mudah dan Praktis

Software
Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Sering Makan di Kantin Bareng Karyawan

Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Sering Makan di Kantin Bareng Karyawan

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com