KOMPAS.com - Dari tahun ke tahun, tren kecelakaan lalu lintas karena pengaruh alkohol terus meningkat. Di Indonesia, tak kurang dari 117.000 insiden kecelakaan akibat alkohol terjadi pada 2012 lalu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Amerika Serikat pun tak jauh beda, di mana 40.000 orang meninggal di jalanan tiap tahunnya. Faktor kecelakaan tertinggi adalah mengantuk dan mabuk.
Selama ini sosialisasi terkait bahaya alkohol saat mengemudi digencarkan lewat berbagai iklan masyarakat, namun tak kunjung efektif.
Ternyata, kehadiran layanan ride-sharing seperti Uber-lah yang lebih ampuh menjadi "pahlawan". Setidaknya begitu hasil penelitian New York University, AS.
Di New York, kecelakaan terkait alkohol menurun sekitar 25 persen hingga 35 persen berkat Uber dan Lyft, sebagaimana dilaporkan TheEconomist dan dihimpun KompasTekno, Jumat (7/4/2017).
Jika dirumuskan dalam angka, persentase tersebut sekitar pengurangan 40 kecelakaan tiap bulan dari yang sebelumnya berkisar 200 kasus.
Wilayah New York yang dimaksud mencakup Manhattan, Brooklyn, Queens, dan Bronx. Sementara itu, Staten Island dan wilayah lain yang belum diekspansi secara luas oleh Uber tetap memiliki rasio kecelakaan akibat alkohol yang tinggi.
Uber sendiri hadir di New York pada 2011, namun tak serta-merta menjadi alternatif transportasi pilihan masyarakat. Seiring dengan pertumbuhannya, masyarakat semakin banyak yang memakai Uber.
Mekanisme pemesanan yang praktis via aplikasi membuat Uber dan Lyft menjadi pilihan utama warga New York ketika hendak pulang ke rumah dalam kondisi mabuk.
Baca: Mobil Tanpa Sopir Uber Mengalami Kecelakaan Parah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.