KOMPAS.com — Klaim Apple bahwa proses teknis pembuatan iPhone 5 membutuhkan upaya luar biasa tampaknya bukan sekadar omong kosong belaka.
Seorang eksekutif Foxconn mengatakan pada The Wall Street Journal bahwa, dari semua perangkat yang pernah ditangani pabrikan itu, iPhone 5 adalah yang paling sulit dibuat.
Saking sulitnya membuat smartphone tipis dan ringan itu, eksekutif—yang tidak mau disebut namanya tersebut—mengakui bahwa proses pembuatan iPhone 5 yang kompleks telah menyulut terjadinya kerusuhan di pabrik Foxconn pada bulan lalu.
Kerusuhan itu diakibatkan oleh kontrol kualitas sangat tinggi yang diminta Apple dan manajemen pabrik pada pekerja Foxconn. Akibatnya, para pekerja tak mampu memproduksi iPhone yang sesuai permintaan standar kualitas.
Dikabarkan, pemicunya adalah konfilk antara pekerja dan inspektor kualitas produk yang berada di lokasi.
"Untuk membuatnya (iPhone 5) tipis dan ringan, proses desain yang dilibatkan sangat rumit," ungkap eksekutif itu, seperti dikutip SlashGear dari The Wall Street Journal.
Sulitnya membuat iPhone 5 konon juga menjadi penyebab iPhone 5 terlambat sampai ke tangan para pemesannya. Namun, pihak Foxconn yang diwakili sang eksekutif anonim mengatakan bakal meningkatkan produksi. "Butuh waktu untuk mempelajari bagaimana membuat perangkat ini, tetapi produktivitas kami terus meningkat hari demi hari," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa memenuhi kebutuhan estetis dan praktikal secara sekaligus sesuai permintaan Apple adalah hal yang sulit. Salah satu penyebabnya adalah materi pelapis baru (coating) yang diminta Apple sangat rentan terhadap goresan.
Sejumlah pembeli memang telah melaporkan bahwa iPhone 5 miliknya gampang tergores. Beberapa bahkan sudah memiliki goresan saat kali pertama dikeluarkan dari boks kemasan.
Apple sendiri "mengakui" sulitnya membuat iPhone 5 di pabrik. Dalam video promosi di bawah ini, Desainer Senior Apple John Ive mengatakan bahwa proses produksi iPhone 5 adalah yang "paling kompleks dan ambisius yang pernah dilakukan Apple."