Informasi ini disampaikan langsung oleh CEO Evernote, Francesco Patarnello lewat situs resmi perusahaan.
Patarnello mengatakan, perampingan ini dilakukan sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memaksimalkan merek Bending Spoons yang sangat kuat di Eropa.
Bending Spoons merupakan induk perusahaan Evernote yang berbasis di Milan, Italia. Karena markasnya terletak di Eropa, Evernote harus melakukan relokasi. Sehingga, karyawan yang menempati wilayah Amerika Serikat dan Chile dikurangi sebagai dampak relokasi ini.
Berita PHK ini pun disampaikan langsung kepada para karyawan sejak 5 Juli kemarin.
"Rencana kami untuk Evernote tetap ambisius seperti sebelumnya. Ke depannya, tim yang berdedikasi (dan berkembang) di Eropa akan mengambil alih kepemilikan produk Evernote," tulis Patarnello dalam blog resmi perusahaan.
"Tim ini akan berada dalam posisi yang ideal untuk memanfaatkan keahlian dan tenaga lebih dari 400 tenaga kerja di Bending Spoons, banyak di antaranya telah bekerja penuh waktu (full-time) di Evernote sejak diakuisi," imbuhnya.
Bending Spoons sebelumnya resmi mengakuisisi Evernote pada November sejak tahun lalu. Akuisisi ini disebut bakal membantu Evernote dalam mengembangkan fitur-fitur anyar di aplikasi catatan buatannya.
Tidak diketahui berapa banyak tenaga kerja yang dirumahkan, tetapi jejaring sosial profesional LinkedIn menunjukkan bahwa sejumlah software engineer juga terkena imbas PHK, meski mereka sudah beberapa tahun bekerja di perusahaan pengembang aplikasi tersebut.
Sehubungan dengan PHK ini, Evernote menjanjikan akan memberikan dukungan kepada tenaga kerja yang terkena dampak perampingan perusahaan.
Dukungan tersebut mencakup gaji selama 16 minggu, perlindungan asuransi kesehatan hingga satu tahun, dan bonus kinerja yang dibayarkan secara proporsional, seolah-olah target kinerja akhir tahun telah tercapai.
Lebih dari itu, Evernote juga memberikan dukungan tambahan kepada mereka yang membutuhkan, seperti individu terdampak yang mengandalkan surat izin tinggal Visa.
Patarnello turut mengucapkan terima kasih terhadap semua karyawan yang tedampak PHK.
"Kami sangat berterima kasih atas upaya dan komitmen semua kolega kami yang akan meninggalkan Evernote, dan kami mendoakan yang terbaik untuk masa depan mereka," tulisnya sebagaimana dikutip KompasTekno dari blog resmi Evernote, Senin (10/7/2023).
Bukan PHK pertama
Ini bukan pertama kalinya Evernote melakukan perampingan tenaga kerja. Pada Januari 2015, Evernote diketahui telah mem-PHK sekitar 20 karyawan, tujuannya untuk memusatkan pengembangan aplikasinya di dua kota saja, yakni Redwood City dan Zurich.
Kemudian pada September 2015, perampingan dilakukan kepada 47 karyawan, atau sekitar 13 persen dari total karyawan yang bekerja di Evernote. Pada saat yang sama, Evernote juga menutup tiga kantor internasional yang dimiliki.
Hal ini dilakukan karena CEO Evernote saat itu, Chris O'Neill percaya bahwa tim yang lebih kecil bisa mengukir pertumbuhan perusahaan ke depannya.
Berselang tiga tahun kemudian, tepatnya pada September 2018, terjadi eksodus eksekutif perusahaan, di mana CTO Anirban Kundu, CTO Vincent Toolan, CPO Erik Wrobel, dan kepala SDM Michelle Wagner hengkang dari Evernote.
Selain itu, Evernote melakukan PHK terhadap 54 karyawan atau sekitar 15 persen tenaga kerja. Kali ini, pihak perusahaan ingin memfokuskan perhatiannya pada pengembangan produk.
Lalu pada Februari lalu, Evernote melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 129 karyawan.
Musababnya, perusahaan tidak mendulang keuntungan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, pemecatan mesti dilakukan apabila perusahaan ingin bertahan hidup dalam jangka waktu yang panjang.
https://tekno.kompas.com/read/2023/07/10/10000037/pengembang-aplikasi-catatan-evernote-phk-hampir-semua-karyawan-di-as-