Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penantian Panjang Serat Optik

Kompas.com - 15/10/2009, 08:38 WIB

Kabel serat optik Kao, yang dia temukan tahun 1966, membuka terobosan yang mendasari inovasi di dunia telekomunikasi dan optik. Dengan serat dari kaca murni, cahaya dapat ditransmisikan hingga jarak lebih dari 100 kilometer. Dengan jenis kabel yang ada pada tahun 1960-an itu, jarak terjauh transmisi cahaya hanya 20 meter. Kabel serat optik murni pertama kali diproduksi dalam skala industri pada tahun 1970.

Serat dengan fiberglass murni ini memfasilitasi komunikasi pita lebar (broadband) global seperti internet. Teks, musik, citra, dan video dapat ditransfer ke seluruh pelosok dunia dalam hitungan detik. Jika kita mengurai seluruh serat optik yang mengelilingi Bumi, maka kita bisa mendapatkan serat optik tunggal yang panjangnya lebih dari satu triliun kilometer. Serat optik sepanjang ini cukup untuk mengitari dunia lebih dari 25.000 kali dan terus bertambah ribuan kilometer setiap jam.

Tahun 1969, tiga tahun setelah penemuan serat optik oleh Kao, Boyle dan Smith menemukan charged-coupled device (CCD), sirkuit semikonduktor pencitraan yang merupakan mata kamera digital. Dengan sensor itu cahaya bisa diubah menjadi piksel dalam waktu singkat. Teknologi CCD tersebut menggunakan efek foto-elektrik seperti teori yang dilontarkan Albert Einstein (mendapat Nobel pada tahun 1921).

Berlayar bersama

Smith dan Boyle adalah dua sahabat baik di pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Mereka sering berlayar bersama di sekitar Numea di Pasifik Selatan selama beberapa minggu.

Boyle yang dibesarkan di Nova Scotia, sebuah provinsi di Kanada, baru mencicipi bangku sekolah di tingkat sekolah menengah atas. Sebelumnya dia selalu belajar di rumah dengan sistem home schooling. ”Ibuku telah melakukan pekerjaan dengan baik. Dia mengajariku,” ujar Boyle kepada Redaktur Pelaksana Nobelprize.org Adam Smith.

Boyle dan Smith melakukan penelitian bersama di Bell Laboratories, Murray Hill, New Jersey, mengungkapkan, ada 8 hingga 10 peneliti Bell Laboratories yang menerima penghargaan Nobel. Pemimpin Bell mengenal satu per satu anggotanya dan sering makan siang bersama mereka. ”Ini disebut manajemen 'walking around”,” tutur Boyle yang sempat terlibat pada penelitian program Apollo.

Jarak waktu 40 tahun membuat Boyle sama sekali tak pernah bermimpi akan meraih Nobel. ”Sebab, dari waktu ke waktu orang di sekitar kami menerima Nobel sehingga kami sempat berpikir, 'Temuan kita layak. Itu mungkin saja kita mendapat sesuatu, tapi saya tidak tahu. Kami mengharapkan yang terbaik, tapi tak ada yang terjadi'. Jadi kami abaikan saja (urusan Nobel),” ujar Boyle.

Dering telepon pukul 05.00 pagi yang diterimanya sesaat dikiranya hanya canda. Dia menjadi yakin ketika mendengar aksen Swedia di seberang gagang telepon. ”Saya pikir, ya tak ada orang yang mau bersusah-susah menelepon orang lain pukul lima pagi hanya untuk bercanda,” ujar Boyle.

Tidak tahu

Sementara itu, bagi George Elwood Smith, telepon Adam Smith dari Nobelprize.org adalah ”pemberitahuan” atas kemenangannya. Reaksi pertamanya adalah kekagetan yang disusul pikiran bahwa dia pasti menerimanya bersama Boyle, rekan kerjanya.

”Saya sudah bangun, namun ketika saya sampai ke telepon, deringnya mati. Karena itu, saya sekarang masih terbangun,” tutur Smith tentang dering telepon yang ternyata dari Royal Swedish Academy, institusi yang menetapkan penerima penghargaan Nobel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com