Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Riset Ilmiah

Gempa Besar di Mentawai Masih Mengancam

Kompas.com - 27/10/2010, 09:59 WIB

Sejarah tsunami Padang

Penelitian di pesisir barat Padang, yang dilakukan Danny Hilman dan Kerry Sieh dari California Institute of Technology Amerika Serikat, berhasil mengungkap terjadinya gempa dan tsunami di Padang.

Berdasarkan data sejarah, tsunami pernah menerjang Padang pada 10 Februari 1797 akibat gempa ber-Magnitude momen 8,4 hingga menewaskan sekitar 300 orang. Namun, dari penelitian pada kondisi terumbu karang diketahui, terjangan tsunami kedua terjadi pada 29 Januari 1833 dengan kekuatan 9,0. Tidak ada catatan berapa jumlah korban jiwa ketika itu.

Terumbu karang merupakan "perekam alam" bencana itu akibat naik-turunnya dasar pesisir pantai, akibat aktivitas tektonik, yaitu penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia.

Pelepasan energi yang menimbulkan gempa besar akan diikuti proses penghimpunan kembali energi di tepi lempeng itu. Tekanan antarlempeng terus-menerus berlangsung. Maka dari itu, gempa akan terjadi lagi sampai batuan di daerah itu tak mampu menahan tekanan.

Setelah terjadi kenaikan permukaan, dalam hitungan ratusan tahun, bagian yang terangkat itu akan berangsur turun lagi sebagai akibat penekanan tadi. Jika permukaan dasar laut turun hingga merendam seluruh koral karena proses geologis dan tektonis itu, maka bagian atas koral tumbuh lagi. Turun-naiknya permukaan ini mengakibatkan bentuk mikroatol ini bagai topi khas Meksiko, sombrero.

Pola inilah yang dijadikan dasar untuk memprediksi periode kegempaan. Mereka memperkirakan, gempa besar diperkirakan bakal terjadi lagi pada 2033, pascagempa tahun 1833.

Pada tahun 1833, terjadi gempa berskala 8,9 SR hingga mengakibatkan Pagai Selatan mengalami pengangkatan 2 hingga 3 meter. Adapun gempa 2007 hanya mengakibatkan kenaikan paling tinggi 0,5 meter daratan Pulau Pagai Selatan.

Berdasarkan data global positioning system (GPS) yang terpasang di Pulau Pagai Selatan, menurut Danny, diketahui, bagian timur pulau itu mengalami kenaikan 30 sentimeter, sedangkan bagian barat naik 0,5 meter. Adapun Sipora mengalami kenaikan beberapa puluh sentimeter.

Mekanisme naiknya pulau-pulau di pesisir Padang dan turunnya kawasan pantai Bengkulu, Jambi, hingga Padang itu merupakan kejadian yang berulang setiap 200 tahunan, setiap terjadinya gempa besar.

Gempa itu sesungguhnya merupakan fenomena yang menunjukkan terjadinya proses pelentingan tepi lempeng Benua Eurasia yang tertekan oleh subduksi Lempeng Samudra Indo Australia. Kecepatan desakan lempeng itu sekitar 60 mm per tahun. Jadi, kita tetap harus waspada pada datangnya gempa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com