Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papa Minta Pulsa

Kompas.com - 16/12/2010, 18:34 WIB

Cerpen: Sam Edy Yuswanto

 
“Maaa…! Mamaaa!”

Sore itu, sekonyong-konyong, sepulang les Matematika Maura langsung memekik-mekik memanggil Mama lantas menghambur, menubruk dan mendekap tubuh Mama yang tengah bersibuk-ria menyiapkan makanan di dapur.

Wajah Maura terbias sembab dan sesenggukan. Kontan saja Mama kebingungan dengan sikap putri bungsunya yang menurut Mama aneh bin ajaib itu. Ada apa gerangan?

Biasanya Maura pulang sekolah selalu cerah-ceria, paling-paling setelah mengetuk pintu seraya mengucap salam, lantas meraih tangan Mama, menyalami dan menciumnya. Setelah itu langsung buru-buru ngeloyor masuk ke kamarnya. Tapi ini…, boro-boro ngetuk pintu atawa mengucap salam, Maura langsung nyelonong masuk rumah begitu saja dengan wajah sembab berurai air mata.

Waduh, jangan-jangan ini anak sedang kesambet akting lebay-nya para artis di sinetron-sinetron yang tayang hingga ratusan episode di televisi itu, gumam Mama dalam batin.

“Mamaaa! Ka…kabarnya Pa…Papa gimana, Maa,” nada suara Maura bergetar dan terbata. Lalu meluncurlah tangisnya sembari terus mendekap Mamanya.
“Eeeiiits! Tunggu-tunggu! Kamu ini apa-apaan sih? Ada apa sebenarnya, Ra? Kamu habis ikutan kesting sinetron?” ucap Mama takjub seraya mendorong pelan pundak putrinya.
“Ja… jadi Mama belum dikasih tau sama Papa? Ma…Mama belum di-SMS atau ditelpon sama Papa?” Maura malah balik bertanya sembari membelalakkan kedua bola matanya hingga membikin Mama jadi merinding.
“Kamu itu kalo bicara yang jelas, to, Ra, dan nggak usah pake mendelik-mendelik kayak gitu, macam orang kesurupan aja. Mama ngeri ngeliatnya tau!” sahut Mama.
“Iiih, Mama jahat banget sih, masa ngatain anaknya kesurupan!” pekik Maura tak terima dan spontan geleng-geleng kepala.
“Ya makanya nggak usah pake mendelik gitu, biasa aja kali. Ada apa sih, emang kenapa dengan Papa, hah?” Mama jadi ikut-ikutan tak sabar rasanya.
“Lindungi Papaku, Ya Tuhan…,” gumam Maura lirih seraya membekap mulutnya sendiri.
“Hey, Ra, ayo buruan jelaskan sama Mama, ada gerangan apa sebenarnya?”

Bukannya memberi penjelasan, tapi Maura lekas meraih handphone di saku baju seragam sekolahnya.
“Nih, baca sendiri Ma, ini SMS Papa waktu Maura lagi di sekolah barusan,” Maura menyodorkan ponselnya dan langsung disambar oleh Mama.

Ni Papa, lg pinjm HP teman. Tolong beliin Papa pulsa 50rb aja di nomr barunya Papa: 0852895754XX. Papa lg ada masalh di kantor Polisi. Jgn dulu telp/SMS, nanti Papa yg telpn balik. Papa udh call Mama. Buruan kirm, pnting!

Selesai membaca SMS itu, Mama mengerut dahi hingga berpuluh-puluh lipat dari biasanya saat Mama tengah keheranan. Maura nampak masygul melihat ekspresi wajah Mama yang sepertinya datar-datar saja, tak khawatir sama sekali setelah membaca SMS tersebut.

“Maa, haloouw!” Maura melambai-lambaikan telapak tangannya ke wajah Mama. Kontan saja membuat Mama langsung tergeragap, lamunannya seketika buyar.
“Kok Mama nggak khawatir gitu sih? Atau jangan-jangan Papa sudah menghubungi Mama, ya?” Maura sungguh heran dengan ekspresi Mamanya. Bukannya panik dengar pertanyaan Maura, Mama malah mengulum senyum.

“Tuh, Papamu lagi di kamar mandi,” suara Mama mengalun santai.
“What? Berarti masalah yang menimpa Papa udah kelar Ma? Alhamdulillah ya Rabbi….,” Maura spontan menubruk lantai. Sujud syukur ceritanya.
“Ada apa sih heboh amat Mama sama anak,” sahut Papa yang tiba-tiba muncul dari kamar mandi.

Mendengar suara Papa, Maura langsung lekas berdiri, lantas menghambur memeluk Papa dengan erat. Tentu saja wajah Papa kian tersulap takjub seraya geleng-geleng kepala.

“Alhamdulillah banget, Pa, akhirnya Papa bisa keluar dari kantor polisi. Pa…Papa nggak dipenjara, kan, Pa,” pekik Maura suka-cita sembari mengeratkan dekapannya.
“Heh! Sembarangan aja di penjara. Apa-apan sih kamu ini, Ra?”

Kontan Maura langsung melepaskan pelukan dengan raut mengheran. Dan…

“Lho, bukannya barusan Papa yang SMS Maura, bilang lagi ada masalah di kantor polisi trus minta diisikan pulsa, trus Ma…,”
“Stop! Kamu jangan bikin Papa jadi tambah puyeng, deh!” potong Papa.
“Perasaan dari tadi Papa fine-fine aja nggak ada masalah apa-apa,” lanjut Papa.
“Gini lho, Pa, sewaktu Maura di sekolah, ia mendapatkan SMS ini,” Mama mengangsurkan ponselnya Maura ke Papa.

Papa langsung mengerut dahi, persis kayak ekspresi Mama seusai membaca SMS itu.
“Siapa nih yang iseng SMS kayak beginian. Kurang ajar, Papa dikatain masuk kantor polisi, wong barusan Papa di kantor saja, nggak pergi kemana-mana kok,” kata Papa santai sembari mengangsurkan ponsel tersebut ke arah Maura.
“What? Jadi ini bukan SMS dari Papa?” pekik Maura dengan kedua bola mata langsung membeliak.

Papa menggeleng sembari mengulas senyum.
“Huwaaaa! Mamaaaa!” Maura histeris dan langsung menubruk Mamanya.
“Eeeits! Nggak usah lebay gitu, deh! Kamu ini makanya hati-hati Ra, nggak usah terpengaruh sama SMS-SMS orang iseng tak bertanggung jawab itu,” ucap Mama pelan sambil mengelus-elus kerudung putih Maura yang setengah acak-acakan.

Bukannya terhibur dengan ucapan Mamanya, Maura justru semakin mengeraskan volume tangisnya.
“Makanya, lain kali kalo kamu dikirimi SMS kayak gitu lagi, jangan langsung percaya, cek kebenarannya dulu. Kamu kan bisa langsung nelpon atau SMS Mama sama Papa dulu,” tambah Papa.
“Ma… masalahnya bu…bukan percaya atau tidak percaya. Ta… tapi…, du… duit jajan Maura barusan, uu…udah buat ngirim pulsa ke no…nomor itu, Paa, Maa, huwaaaa!” Maura kian mengeratkan pelukan ke tubuh Mamanya.
“Apa?” ucap Papa dan Mama serempak, spontan, sembari membeliakkan kedua bola mata masing-masing.

***

Puring -- Kebumen, September 2010

Awas! Hati-hati dengan maraknya SMS-SMS penipuan.

Sam Edy Yuswanto*                             :

*Saat ini tinggal di Purwosari, Puring, Kebumen, Jateng.

*Cerpen-cerpennya telah dimuat di berbagai media seperti; Seputar Indonesia, Republika, Radar Banyumas, koran Merapi, Pontianak Post, Surabaya Post, tabloid Cempaka, majalah POTRET, Kompas.Com, Suara Merdeka (cerpen anak) Kedaulatan Rakyat (cerpen anak) dan Annida-online.

*Salah satu cerpennya masuk antologi 12 kumpulan cerpen pilihan annida-online (Sebuah Kata rahasia) diterbitkan oleh SMG Publishing, Juni 2010.

*Cerbungnya (Bukan Cinta Manusia Biasa) dimuat secara ber-seri di Annida-online.

*Salah satu cerpennya ikut menjadi salah satu dari pemenang karya favorit dalam LMCR LIP ICE Selsun Golden Award 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com